LAPORAN
PRAKTIKUM
KIMIA ANORGANIK
I
KOROSI BESI
Disusun oleh
Kelompok 1
Anggota
kelompok:
Adi Prayoga
Anisa Winarni
Farah Kamalia
Khilda Nur
Laila
Mia Adha
PUSAT
LABORATORIUM TERPADU (PLT)
FAKULTAS SAINS
DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
I.
Pendahuluan
a.
Latar Belakang
Korosi
dalam istilah sehari-hari kita kenal sebagai peristiwa perkaratan.Korosi ini
sebenarnya Merupakan peristiwa oksidasi logam oleh gas oksigen yang ada di
udara membentuk oksidanya. Proses korosi banyak menimbulkan masalah pada
barang-barang yang terbuat dari besi walaupun logam-logam lain (kecuali logam
mulia) dapat juga mengalami korosi. Jadi jelas korosi dikenal sangat merugikan.
Korosi
merupakan sistem termodinamika logam dengan lingkungannya, yang berusaha untuk
mencapai kesetimbangan. Sistem ini dikatakan setimbang bila logam telah
membentuk oksida atau senyawa kimia lain yang lebih stabil. Pencegahan korosi
merupakan salah satu masalah penting dalam ilmu pengetahuan dan teknologi
modern.
Besi
adalah salah satu dari banyak jenis logam yang penggunaannya sangat luas dalam
kehidupan sehari-hari.Namun kekurangan dari besi ini adalah sifatnya yang
sangat mudah mengalami korosi. Padahal besi yang telah mengalami korosi akan
kehilangan nilai jual da fungsi komersialnya. Ini tentu saja akan merugikan
sekaligus membahayakan. Berdasarkan dari asumsi tersebut, percobaan ini
difokuskan dalam upaya pencegahan terjadinya peristiwa korosi ini khususnya
pada besi..
Proses
perkaratan pada besi dapat berlanjut terus sampai seluruh bagian dari besi
hancur. Hal ini disebabkan oksida-oksida besi yang terbentuk pada peristiwa
awal korosi akan menjadi katalis (otokatalis) pada peristiwa korosi
selanjutnya.
b.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana proses perubahan perkaratan pada
besi?
2.
Bagaimana proses oksidasi reduksi yang terjadi
pada besi?
c.
Tujuan
1.
Mengamati perubahan perkaratan besi.
2.
Mengamati proses oksidasi reduksi yang terjadi
pada besi.
d.
Waktu dan Tempat
Praktikum kali
ini dilaksanakan pada Kamis, 7 November 2013 pukul 13.00 WIB di Pusat
Laboratorium Terpadu (PLT).
II.
Dasar Teori
Korosi
merupakan proses degradasi,deterorisasi,pengerusakan materil yang di
sebabkan oleh pengaruh lingkungan sekelilingnya.Adapun prosesnya yakni
merupakan reaksi redoks antara satu logam dengan berbagai zat di sekelilingnya
tersebut.Dalam bahasa sehari-hari korosi di sebut dengan perkaratan.Kata korosi
berasal dari bahasa latin “Corrodere” yang artinya pengrusakan
logam atau perkaratan.jadi jelas korosi di kenal sangat merugikan.Korosi
merupakan sistem termodinamika logam dengan lingkungannya,yang berusaha untuk
mencapai kesetimbangan.Sistem ini di katakan setimbang bila logam telah
membentuk oksida atau senyawa kimia lain yang lebih stabil. Pencegahan korosi
merupakan salah satu dari banyak jenis logam yang penggunaanya sangat luas
dalam kehidupan sehari-hari.Namun kekurangan dari besi adalah sifatnya yang
sangat mudah mengalami korosi.Padahal besi yang telah mengalami korosi akan
kehilangan nilai jual ada fungsi komersialnya.Ini tentu saja akan merugikan
sekaligus membahayakan.Berdasarkan dari asumsi tersebut ,percobaan ini di
fokuskan dalam upaya pencegahan terjadinya peristiwa korosi ini khususnya pada
besi. Selain itu pada percobaan ini akan di ketahui logam-logam apa sajakah
yang dapat menghambat terjadinya korosi sesuai dengan sifat-sifat kimia
nya.
Besi merupakan logam yang menempati urutan kedua dari logam-logam
yang umum terdapat pada kerak bumi .besi cukup reaktif, besi bila di biarkan di
udara terbuka untuk beberapa lama mengalami perubahan warna yang
lazim di sebut perkaratan besi.Proses perubahan besi menjadi besi berkarat
merupakan reaksi redoks yag melihat oksigen:
Fe(s) + O2 --> Fe2O3
Faktor yang berpengaruh terhadap korosi dapat di bedakan
mejadi dua,yaitu yang berasal dari bahan itu sendiri dan diri lingkungan. Dari
Faktor bahan meliputi kemurnian bahan,struktur bahan ,bentuk kristal
,unsur-unsur kelumit yang ada dalam bahan,teknik pencampuran bahan dan
sebagainya. Bahan-bahan korosif (yang dapat menyebabkan korosi) terdiri atas
asam,basa serta garam,baik dalam bentuk senyawa an-organik maupun organik.
Penguapan dan pelepasan bahan-bahan korosif ke udara dapat mempercepat
proses korosi. Udara dalam ruangan yang terlalu asam atau basa dapat mempercepat
proses korosi peralatan elektronik yang ada dalam ruangan tersebut.
Flour,hidrogen flourida beserta
persenyawaan-persenyawaannya di kenal sebagai bahan korosif. Dalam
industri,bahan ini umumnya di pakai untuk sintesa bahan-bahan organik. Ammoniak
(NH3) merupakan bahan kimia yang cukup banyak di gunakan dalam kegiatan
industri. Pada suhu dan tekanan normal,bahan ini berada dalam bentuk gas dan
sangat mudah terlepas ke udara. Ammoniak dalam kegiatan industri umumnya di
gunakan untuk sintesa bahan organik,sebagai bahan anti beku didalam alat
pendingin,juga sebagai bahan untuk pembuatan pupuk.Bejana-bejana penyimpan
ammoniak harus selalu di periksa untuk mencegah terjadinya kebocoran dan
pelepasan bahan ini ke udara.Embun pagi saat ini umumnya mengandung aneka
partikel aerosol,debu serta gas-gas asam seperti NOx dan SOx.
Dalam
batu bara terdapat belerang atau sulfur (S) yag apabila di bakar berubah
menjadi oksida belerang.
Masalah
utama berkaitan dengan peningkatan penggunaan batu bara adalah dilepaskannya
gas-gas polutan seperti oksida nitrogen (NOx) dan Oksida belerang
(SOx).Walaupun sebagian besar pusat tenaga listrik batu bara telah menggunakan
alat pembersih endapan (presipitor) untuk membersihkan partikel-partikel kecil
dari asap batu bara,namun NOx da SOx yang merupakan senyawa gas dengan bebasnya
naik melewati cerobong dan terlepas ke udara bebas. Di dalam udara,kedua gas
tersebut dapat berubah menjadi asam nitrat (HNO3) dan asam sulfat (H2SO4).
Oleh
sebab itu,udara menjadi terlalu asam dan bersifat korosif dengan terlarutnya
gas-gas asam tersebut di dalam udara.Udara yang asam ini tentu dapat
berinteraksi dengan apa saja,termasuk komponen-komponen renik di dalam
peralatan elektronik.Jika hal itu terjadi ,maka proses korosi tidak dapat
di hindari lagi. Korosi yang menyerang piranti maupun komponen-komponen
elektonika dapat mengakibatkan kerusakan bahkan kecelakaan. Karena korosi ini
maka sifat elektrik komponen-komponen elektronika dalam komputer, televisi, radio,
kalkulator, jam digital dan sebagainya menjadi rusak. Korosi dapat menyebabkan
terbentuknya lapisan non-konduktor pada komponen elektronik.
Oleh
sebab itu,dalam lingkungan dengan tingkat pencemaran tinggi,aneka barang mulai
dari komponen elektronika renik sampai jembatan baja semakin mudah rusak,bahkan
hancur karena korosi.Dalam beberapa kasus,hubungan pendek yang terjadi pada
peralatan elektronik dapat menyebabkan terjadi nya kebakaran yang menimbulkan
kerugian bukan hanya dalam bentuk kehilangan atau kerusakan materi,tetapi
juga korban nyawa.
III.
Alat dan Bahan
a. Alat
1.
Gelas
piala 250 ml
2.
Cawan
petri
3.
Batang
pengaduk
4.
Penanggas
air
5.
Paku
6.
Jarum
Pentul
7.
Paku
payung
b.
Bahan
1.
Larutan
NaCl
2.
Agar-agar
3.
Fenolftalin
4.
K4(Fe(CN)6)
IV.
Cara Kerja
1.
Disiapkan
8 paku berukuran sedang dan besar, 4 jarum pentul dan 4 paku payung dan dibagi
ke dalam 4 cawan petri secara merata. 4 paku berukuran besar dibengkokkan
terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam cawan.
2.
Dimasukkan
satu agar-agar + aquades ke dalam gelas piala 250 mL dipanaskan diatas penangas
air.
3.
Hasil
adonan agar-agar panas dituangkan ke dalam masing-masing cawan petri hingga seluruh
paku terendam. Segera ditambahkan 5 tetes larutan NaCl, PP, dan larutan NaOH pada
masing-masing cawan petri. Satu cawan lagi berfungsi sebagai kontrol.
4.
Diamati
dan dicatat perubahan yang terjadi selama 30 menit, 1 jam, 2 jam dan 24 jam.
V.
Hasil
dan Pembahasan
1.
Perubahan selama 30 menit
Paku
|
Agar-agar
(Kontrol)
|
Kontrol +
Fenolftalein (PP)
|
Kontrol + K4(Fe(CN)6)
0,5 M
|
Kontrol +
NaCl 0,5 M
|
Payung
|
Tetap
|
Tetap
|
Tetap
|
Tetap
|
Jarum Pentul
|
Tetap
|
Tetap
|
Tetap
|
Tetap
|
Kecil
|
Tetap
|
Tetap
|
Tetap
|
Tetap
|
Sedang
|
Tetap
|
Tetap
|
Tetap
|
Tetap
|
2.
Perubahan selama 1 jam
Paku
|
Agar-agar
(Kontrol)
|
Kontrol +
Fenolftalein (PP)
|
Kontrol + K4(Fe(CN)6)
0,5 M
|
Kontrol +
NaCl 0,5 M
|
Payung
|
Tetap
|
Tetap
|
Tetap
|
Tetap
|
Jarum Pentul
|
Tetap
|
Tetap
|
Tetap
|
Tetap
|
Kecil
|
Tetap
|
Tetap
|
Tetap
|
Tetap
|
Sedang
|
Tetap
|
Tetap
|
Tetap
|
Tetap
|
3.
Perubahan selama 2 jam
Paku
|
Agar-agar
(Kontrol)
|
Kontrol +
Fenolftalein (PP)
|
Kontrol + K4(Fe(CN)6)
0,5 M
|
Kontrol +
NaCl 0,5 M
|
Payung
|
Tetap
|
Tetap
|
Tetap
|
Tetap
|
Jarum Pentul
|
Tetap
|
Tetap
|
Tetap
|
Tetap
|
Kecil
|
Tetap
|
Tetap
|
Tetap
|
Tetap
|
Sedang
|
Tetap
|
Tetap
|
Tetap
|
Tetap
|
4.
Perubahan selama 24 jam
Paku
|
Agar-agar
(Kontrol)
|
Kontrol +
Fenolftalein (PP)
|
Kontrol + K4(Fe(CN)6)
0,5 M
|
Kontrol +
NaCl 0,5 M
|
Payung
|
Berkarat
|
Berkarat
|
Sedikit berkarat
|
Berkarat
|
Jarum Pentul
|
Sedikit berkarat
|
Berkarat
|
Tetap
|
Berkarat
|
Kecil
|
Tetap
|
Tetap
|
Tetap
|
Sedikit berkarat
|
Sedang
|
Sedikit berkarat
|
Sedikit berkarat
|
Tetap
|
Sedikit berkarat
|
Praktikum kali
ini adalah menguji korosi besi dalam berbagai pereaksi. Pereaksi yang digunakan
yaitu fenolftalein (PP), K4(Fe(CN)6), dan NaCl serta
agar-agar sebagai kontrol. Besi yang digunakan adalah paku payung, jarum
pentul, paku kecil dan paku berukuran sedang. Saat menguji korosi diamati perubahan
selama 30 menit, 1 jam, 2 jam dan 24 jam.
Pada saat
pengamatan 30 menit, 1 jam dan 2 jam belum ada perubahan dari masing-masing besi.
Namun ketika didiamkan selama 24 jam ada perubahan yang terjadi. Paku payung dan
jarum pentul terlihat berkarat, dan paku berukuran sedang terlihat sedikit
berkarat. Perubahan atau korosi ini terjadi dalam campuran agar-agar dan PP,
agar-agar dan NaCl, serta agar-agar saja.
Pada kontrol atau
cawan yang berisi agar-agar saja, korosinya berjalan sangat lambat. Hanya paku
payung yang terlihat berkarat, pada jarum pentul dan paku berukuran sedang
hanya sedikit berkarat, sedangkan paku berukuran kecil tidak terjadi apa-apa.
Pada campuran
agar-agar dan PP terjadi korosi pada paku payung dan jarum pentul. Pada paku
berukuran sedang hanya sedikit berkarat, sedangkan pada paku lain tidak terjadi
apa-apa. Beberapa bagian agar-agar terlihat sedikit berwarna merah muda. Hal
ini disebabkan adanya indikator PP, indikator ini menunjukkan tempat terjadinya
reaksi reduksi H2O. H2O tereduksi menghasilkan ion OH-
yang dapat berinteraksi dengan PP membentuk warna merah muda. Warna merah muda
inilah yang menyebabkan adanya korosi.
Pada campuran
agar-agar dan NaCl juga terjadi korosi pada paku payung dan jarum pentul, pada
paku berukuran kecil dan sedang hanya sedikit berkarat. NaCl merupakan larutan
elektrolit. Kontak dengan elektrolit dapat mempercepat korosi karena elektrolit
memberikan pengaruh, seperti jembatan garam sehingga mobilitas elektron akan makin
tinggi dan korosi akan berjalan lebih cepat.
Pada campuran
agar-agar dan K4(Fe(CN)6) tidak terjadi korosi sama sekali.
Hal ini dapat disebabkan karena bahan yang digunakan kondisinya sudah kurang
baik.
VI.
Daftar Pustaka
Cotton dan Wikinson. 1989. Kimia Anorganik
Dasar. Jakarta: UI-Press.
Shevla, G. 1990. Buku Teks Analisis
Anorganik Kuantitatif Makro dan Semimikro Bagian I. Jakarta: PT Kalman Media Pusaka.
VII.
Lampiran