LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ANORGANIK I
PENGUJIAN TAWAS DARI LIMBAH ALUMUNIUM FOIL TERHADAP AIR DANAU
Disusun
oleh kelompok 1
anggota
kelompok :
Adi
prayoga
Anisa
winarni
Farah
kamalia
khilda
nur laila
Mia
adha
PUSAT LABORATORIUM TERPADU (PLT)
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SYARIEF HIDAYATULLAH JAKARTA
I. Pendahuluan
a. Latar belakang
Makhluk hidup tidak akan terlepas
dari air. Air merupakan materi kehidupan, rajanya minuman bahkan termasuk salah
satu pilar alam semesta ini, bahkan merupakan pilarnya yang paling mendasar.
Karena langit diciptakan dari uap air, sementara bumi terdapat dari buah air.
Allah telah menciptakan sesuatu yang hidup dari air. Air bersifat dingin dan
lembab, bisa meredam panas, menjaga kondisi tubuh agar tetap lembab serta
menggantikan sel-sel tubuh yang rusak disamping juga melembutkan makanan
sehingga mampu menembus pembuluh darah.
Air
merupakan senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui
sampai saat ini di bumi, tetapi tidak terdapat diplanet lain. Air hampir
menutupi 71% permukaan bumi. Terdapat 1.4 triliun kilometer kubik (330 juta
mil³) tersedia di planet ini, sebagian besar terdapat di lautan (air asin) dan
pada lapisan-lapisan es (di kutub dan di puncak-puncak gunung), akan tetapi
juga dapat hadir sebagai awan hujan, sungai, muka air tawar, danau,
uap air dan lautan es. Dan air merupakan kebutuhan vital seluruh mahkluk hidup
di bumi ini, tidak terkecuali sangat dibutuhkan oleh manusia. Walaupun
ketersedian air untuk bumi ini melimpah kita harus benar-benar mengerti bahwa
air untuk memenuhi kebutuhan manusia yang sehat, bersih dan aman digunakan itu
tidak terdapat di semua sumber air dimuka bumi ini, terlebih kalau kalau kita
mau berbicara akan kualitas air. Tentu kita memahami banyak sekali sumber
air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan kita. Dari air laut, air hujan, air
tanah, air permukaan dan mata air. Ternyata air yang memiliki kualitas paling
baik secara alami adalah mata air yang berasal dari pegunungan. Terutama
yang berasal dari pegunungan vulkanik, Indonesia bersyukur memiliki sumber
mineral terbesar di dunia, dengan 130 gunung api atau setidaknya 10 persen dari
seluruh gunung api dunia menjadikan Negara ini sebagai sumber air pegunungan
vulkanik terbaik dunia.
Berdasarkan
penelitian ilmiah bahwa mata air yang berkualitas adalah mata air dari
pegunungan vulkanik cenderung relative bebas pencemaran, mengandung mineral
alami yang seimbang. Mata air pegunungan memiliki kualitas fisik, kimiawi dan
biologi. Fisik air bersih adalah harus tidak berwarna, tidak berbau dan tidak
keruh. Sedangkan dari aspek kimiawi adalah air tidak mengandung logam berat dan
zat beracun seperti hidrokarbon dan deterjen. Penggunaan air
sekarang sudah semakin meluas mulai hanya dari kebutuhan yang sehari – hari
yang kita lakukan yaitu MCK (mandi cuci kakus) hingga keperluan industry muali
dari industry pertambanga sampai industry komersil sekalipun pasti akan
menggunakan air. Manusia
memahami bahwa kecenderungan tergantung dengan air cukup besar, mulai
mengkonsumsi untuk minum, mencuci, memasak serta untuk pertanian, peternakan
dan industri. Salah satu yang penting untuk manusia adalah mengkonsumsi air
minum. Mengkonsumsi air minum sebaiknya yang telah dimasak atau dididihkan
hingga 100 derajat celcius. Hal ini dilakukan untuk membunuh kuman dan bakteri
yang terdapat dalam air. Namun bagaimana dengan kandungan logam yang terdapat
di dalamnya. Bahkan kemungkinan kandungan logam itu bertambah disaat kita
merebus air dengan menggunakan panci yang terbuat dari aluminium.
Air minum yang sehat secara fisik tidak
berwarna, tidak berbau, dan tidak memiliki rasa tertentu. Salah satu sumber air
terbaik didunia adalah yang berasal dari air tanah di kawasan pegunungan
volkanik. Namun bagaimana dengan masyarakat perkotaan yang jauh dari kawasan
tersebut. Mereka harus lebih waspada terhadap air yang mereka gunakan. Contoh
berdasarkan data bahwa air di daerah Jakarta 80% telah tercemar. Hal ini
dikarenakan banyaknya limbah industri, polusi, sampah dan lain-lain.
b.
Rumusan masalah
1.
Apa siafat fisik dari air danau
2. Bagaimana proses penjernihan air danau
3.
Mengapa tawas dapat menjernihka air
c.
Tujuan
Untuk mengetahui cara penjernihan air dengan menggunakan tawas
d.
Waktu dan tempat
Praktikum kali ini
dilaksanakan pada Kamis, 26 september 2013 pukul 13.00 WIB di Pusat Laboratorium
Terpadu (PLT)
e. Dasar Teori
Kekeruhan dalam air dapat
dihilangkan melalui penambahan sejenis bahan kimia yang disebut koagulan. Pada
umumnya bahan seperti Aluminium sulfat [Al2(SO4)3.18H2O] atau sering disebut
alum atau tawas, fero sulfat, Poly Aluminium Chlorida (PAC) dan poli elektrolit
organik dapat digunakan sebagai koagulan. Untuk menentukan dosis yang optimal,
koagulan yang sesuai dan pH yang akan digunakan dalam proses penjernihan air,
secara sederhana dapat dilakukan dalam laboratorium dengan menggunakan tes yang
sederhana (Alearts & Santika, 1984).
Prinsip penjernihan air adalah dengan menggunakan stabilitas partikel-partikel bahan pencemar dalam bentuk koloid. Stabilitas partikel-partikel bahan pencemar ini disebabkan:
a. Partikel-partikel kecil ini terlalu ringan untuk mengendap dalam waktu yang pendek (beberapa
Prinsip penjernihan air adalah dengan menggunakan stabilitas partikel-partikel bahan pencemar dalam bentuk koloid. Stabilitas partikel-partikel bahan pencemar ini disebabkan:
a. Partikel-partikel kecil ini terlalu ringan untuk mengendap dalam waktu yang pendek (beberapa
jam).
b. Partikel-partikel tersebut tidak dapat menyatu, bergabung dan menjadi partikel yang lebih
b. Partikel-partikel tersebut tidak dapat menyatu, bergabung dan menjadi partikel yang lebih
besar dan berat, karena muatan elektris
pada permukaan, elektrostatis antara muatan partikel
satu dan yang lainnya.
Stabilitas partikel-partikel bahan pencemar
ini dapat diganggu dengan pembubuhan koagulan.
Dalam proses penjernihan air secara kimia
melibatkan dua proses yaitu koagulasi dan flokulasi
Proses koagulasi adalah suatu
proses pertumbuhan dan pencampuran dilakukan secara tepat dari suatu proses
koagulan, stabilisasi dan partikel-partikel koloid tersuspensi, serta agregasi
awal dari partikel-partikel terstabilisasi (Reynold, 1982).
Partikel-partikel koloid yang terbentuk umumnya terlalu sulit untuk dihilangkan jika hanya dengan pengendapan secara gravitasi. Tetapi apabila koloid-koloid tersebut distabilkan dengan cara agregasi atau koagulasi menjadi partikel yang lebih besar maka koloid-koloid tersebut dapat dihilangkan dengan cepat (Metcalf & Eddy, 1978). Terdapat tiga mekanisme koagulasi yaitu komponen lapisan ganda (doeble layer compression), adsorbsi (adsorbtion) dan absorbsi oleh polimer (absorption by polymer).
Koagulasi merupakan proses
penambahan bahan kimia (koagulan) yang memiliki kemampuan untuk menjadikan
partikel koloid tidak stabil sehingga partikel siap membentuk flok.
Flokulasi merupakan proses pembentukan dan penggabungan flok dari partikel-partikel tersebut yang menjadikan ukuran dan beratnya lebih besar sehingga mudah mengendap. Flokulan yang digunakan untuk penjernihan air yaitu NaOH. Hal ini karena pengotor banyak mengandung ion positif sehingga dengan penambahan polimer yang bersifat negatif dapat mengikat flok lebih besar dan proses pengendapan lebih cepat (Soeparman & Suparmin, 2002).
Flokulasi merupakan proses pembentukan dan penggabungan flok dari partikel-partikel tersebut yang menjadikan ukuran dan beratnya lebih besar sehingga mudah mengendap. Flokulan yang digunakan untuk penjernihan air yaitu NaOH. Hal ini karena pengotor banyak mengandung ion positif sehingga dengan penambahan polimer yang bersifat negatif dapat mengikat flok lebih besar dan proses pengendapan lebih cepat (Soeparman & Suparmin, 2002).
II. METODOLOGI KERJA
a. Alat dan Bahan
1. Alat
No
|
Alat
|
Jumlah
|
|
1.
|
Tabung reaksi
|
3 buah
|
|
2.
|
Rak tabung reaksi
|
1 buah
|
|
3.
|
Gelas ukur
|
1 buah
|
|
4.
|
Gelas arloji
|
1 buah
|
|
5.
|
Pipet tetes
|
1 buah
|
|
6.
|
Vortex
|
1 buah
|
|
2. Bahan
NO
|
Bahan
|
1
|
Tawas hasil
percobaan
|
2
|
Air danau
|
1. disiapkan 3 tabung reaksi yang besih dan kering
2. diambil 10 ml air danau dan dimasukan ke setiap tabung reaksi
3. ditimbang 1 dan 2 gram tawas, lalu dimasukan ke dalam masing - masing 2 tabung reaksi yang
sudah berisi air danau. air danau yang tidak diberi tawas dijadikan sebagai kontrol.
4. didiamkan selama 1 minggu. dan bandingkan kejernihannya dengan kontrolnya.
Pembahasan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa air danau tidak banyak mengalami perubahan dalam tingkat kekeruhan. tawas yang telah dihasilkan dari limbah alumunium diuji coba pada air danau yang agak keruh. dan dibuat variasi massa tawas pada 10 ml air danau, yang diharapkan air danau yang agak keruh tadi menjadi jernih. namun pada kenyataannya air danau tetap pada keadaan kontrolnya, hanya mengalami sedikit perubahan. Hasil ini disebabkan karena kemungkinan tawas yang dihasilkan tidak murni tawas, melainkan masih terdapat ion - ion pengotor lain yang ikut tersaring saat melakukan penyaringan. sehingga ion tersebut akan mempengaruhi bobot tawas yang ditimbang.
Kesimpulan
dari bobot tawas yang dihasilkan, tawas ini tidak dapat digunakan secara optimal dalam menjernihkan air danau yang keruh, karena tawas yang dihasilkan tidak murni.
referensi
1. Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
2. Vogel. 2005. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Edisi Kelima. Jakarta: PT Kalman Media Pustaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar