Latar Belakang
Senyawa ferro yang paling penting adalah garam besi
(II) sulfat, lazim disebut garam ferro sulfat bentuk yang umum dari garam ini
adalah vitriol hijau, FeSO4.7H2O yang mengkristal dalam
bentuk monoklin. Garam ini isomorf dengan garam Epson atau garam inggris MgSO4.7H2O.
Garam besi (II) sulfat ini dapat diperoleh dengan cara melarutkan serbuk besi
atau besi (II) sulfida dalam asam sulfat encer. Setelah larutan disaring dan
diuapkan maka akan mengkristal FeSO4.7H2O yang berwarna
hijau. Dalam skala besar garam ini dibuat dengan cara mengoksidasi
perlahan garam FeS2 oleh udara yang mengandung air. Garam besi (II)
sulfat dan garam sulfat yang berasal dari logam alkali, dapat bergabung
membentuk garam rangkap. Contoh senyawanya adalah (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O
senyawa ini disebut dengan garam mohr.
TINJAUAN PUSTAKA
Besi adalah logam yang kedua melimpah sesudah Al, dan unsur
keempat yang paling melimpah dalam kulit bumi. Teras bumi yang dianggap
utama terdiri atas Fe dan Ni. Bijih yang utama adalah hematite Fe2O3,
magnetite Fe3O4, limonite Fe(OH), dan
siderite FeCO3. Besi murni cukup reaktif dalam udara lembab
cepat teroksidasi memberikan besi (III) oksida hidrat (karat) yang tidak
sanggup melindungi, karena zat ini hancur dan membiarkan permukaan logam yang
baru terbuka. Besi yang sangat halus bersifat pirofor.
Penambahan OH- kepada larutan Fe2+
menghasilkan hidroksida hijau pucat, yang mudah teroksidasi oleh udara
memberikan ferrioksida hidrat yang coklat merah. Fe(OH)2
suatu hidroksida sejati dengan struktur Mg(OH)2 agak bersifat
amfoter. Seperti Fe, zat ini larut dalam NaOH pekat, dari larutan ini dapat
diperoleh kristal-kristal biru Na4[Fe2(OH)6].
Besi merupakan salah satu logam transisi golongan VIIIB yang mudah ditempah,
mudah dibentuk, berwarna putih perak, dan mudah dimagnetisasi pada suhu normal
logam besi terdapat dalam tiga bentuk, yaitu x-iron (α-iron), dan (garam-iron),
dan (γ-iron) perdeaan dari tiap bentuk besi dapat bersenyawa dengan unsur–unsur
lain. Dan dilihat dari susunan atom–atom pada kisi kristalnya. Seperti contoh
yaitu unsur halogen (fluorin, klorin, bromine, iodin, dan astatin), belerang,
fosfor, karoon, oksigen, dan silikon. Dialam, besi terdapat dalam bentuk
senyawa – senyawa antara lain sebagai hematif, (Fe2O3)
magnetik (Fe2O4), dari proses elektrolisis dari larutan
besi sulfat.
Unsur besi (Fe) dalam sistem periodik unsur (SPU) termasuk kedalam golongan
VIII. Besi dapat dibuat dari biji besi dalam tungku pemanas. Biji besi biasanya
mengandung Fe2O3 yang dikotori oleh pasir (SiO2)
sekitar 10% serta sedikit senyawa sulfur, fosfor, aluminium dan mangan. Besi
dapat pula dimagnetkan.
Endapan pasir besi, dapat memiliki mineral-mineral magnetik seperti magnetik
(Fe3O4), hemafit (α-Fe2O3) dan
maghemit (γ-Fe2O3). Mineral – mineral tersebut mempunyai
potensi untuk dikembangkan sebagai bahan dasar untuk tinta kering (toner) pada
mesin photo-copy dan printer laser, sementara maghemit adalah bahan untuk
pita kaset.
Ion besi (II) dapat mudah dioksidasikan menjadi Fe (III), ini merupakan zat
pereduksi yang kuat. Semakin kurang asam larutan itu, semakin nyatalah efek
ini, dalam suasana netral atau basa bahkan oksigen dari atmosfer akan
mengoksidasikan ion besi (II). Garam-garam besi (III) atau feri diturunkan dari
oksida besi (III), Fe2O3. Mereka lebih stabil daripada
garam besi (II). Dalam larutannya, terdapat kation-kation Fe3+ yang
berwarna kuning muda, jika larutan mengandung klorida, warna menjadi semakin
kuat. Zat-zat pereduksi mengubah ion besi (III) menjadi besi (II). Ion ferro
[Fe(H2O)6]2+ memberikan garam berkristal.
Besi (III) terdapat dalam garam berkristal dengan kebanyakan anion selain
anion-anion seperti iodida, yang tidak dapat dilawan karena sifat reduksinya :
Fe3+ + I- = Fe2+ + 1 I2
2
Garam
yang mengandung ion ferri akuo, [Fe(H2O)6]3+ seperti
Fe(ClO4)3. 10H2O adalah merah jambu
pucat hamper putih, dan ion akuonya adalah merah lembayung pucat. Kecuali
bila larutan Fe3+ cukup kuat keasamannya, terjadi hidrolisis dan
umumnya larutan menjadi kuning karena pembentukan spesies hidrokso yang
mempunyai pita perpindahan muatan dalam daerah ultraviolet
dan berakhir ke daerah tampak.
Adapun sifat-sifat dari unsur besi yaitu besi mudah berkarat dalam udara lembab
dengan terbentuknya karat (Fe2O3.nH2O), yang
tidak melindungi besinya dari perkaratan lebih lanjut, maka daripada itu besi
ditutup lapisan dengan logam zat – zat yang lain seperti timah, nikel, seng dan
lain – lain H2 dan Fe3O4. Sedangkan kalau
dipijarkan di udara besi akan membentuk Fe2O3 (ferri
oksida) dan menggerisik serta jika suatu besi tidak termakan oleh basa, besi
dapat larut dalam asam sulfat encer dan asam klorida dengan membentuk H2,
asam sulfat pekat tidak memakan besi.
Garam-garam unsur triad besi biasanya terkristal dari larutan sebagai
hidrat, jika diletakkan pada uap lembab atmosfer, tergantung pada tekanan
parsial H2O. hidrat dapat terjadi dalam warna – warna yang berbeda.
Pada udara kering, air hidrat lepas dan padatan berangsur – angsur
berubah menjadi merah muda. Senyawa besi (II) menghasilkan endapan biru
turbull, jika direaksikan dengan heksasioferrat (III).
Besi membentuk dua deret garam yang penting. Garam – garam besi (II) atau ferri
diturunkan dari besi (II) oksida, FeO. Dalam larutan garam-garam ini mengandung
kation Fe2+ dan berwarna sedikit hijau. Ion – ion gabungan dan
kompleks – kompleks yang berwarna tua adalah juga umum. Ion besi (II) dapat
mudah dioksidasi menjadi besi (III) maka merupakan pereduksi yang kuat, semakin
kurang asam larutan itu, semakin nyatalah efek ini. Dalam suasana netral atau
basa bahkan oksigen dari atmosfer akan mengoksidasi ion besi (II). Maka larutan
besi (II) harus sedikit asam bila ingin disimpan untuk waktu yang agak lama.
Apabila jumlah mol besi (II) sulfat dan ammonium sulfat sama, dan masing –
masing garam tesebut dilarutkan sampai jenuh dengan air panas, sedangkan kedalam
larutan besi (II) sulfat ditambahkan sedikit asam sulfat akhirnya kedua larutan
tersebut dicampurkan satu sama lain maka proses pendinginannya akan terbentuk
kristal monoklin yang berwarna hijau kebiru-biruan, garam ini adalah garam besi
(II) ammonium sulfat dengan rumus: (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O.
Senyawa ini lazim disebut dengan garam mohr. Jika dibandingkan dengan garam
besi (II) sulfat atau besi (II) klorida, maka kristal garam Mohr lebih stabil
diudara dan larutannya tak mudah dioksidasi oleh oksigen di atmosfer. Garam
mohr banyak digunakan dalam bidang kimia analitik, yaitu dalam analisis
volumetri, untuk membakukan larutan kalium permanganat atau kalium bikromat.
Garam Mohr cukup stabil terhadap udara dan terhadap hilangnya air dan umumnya
dibuat untuk membuat larutan baku Fe2+ bagi
analisis volumetrik dan sebagai zat pengkalibrasi dalam pengukuran magnetik.
Sebagian FeSO4.7H2O secara lambat melapuk dan beruabah
menjadi kuning coklat bila dibiarkan dalam udara. Penambahan HCO3-
atau SH- kepada larutan aqua Fe2+ berturut-turut
mengendapkan FeCO3 dan FeS. Ion Fe2+ teroksidasi
dalam larutan asam oleh udara menjadi Fe3+. Dengan ligan – ligan
selain air yang ada, perubahan yang nyata dalam potensial bisa terjadi.
Garam mohr mempunyai banyak fungsi, tetapi garam mohr biasanya
digunakan untuk : Untuk membuat
larutan baku Fe2+ bagi analisis volumetrik, sebagai zat pengkalibrasi dalam
pengukuran magnetik, Untuk meramalkan urutan daya mengoksidasi oksidator K2Cr2O7,
KMnO4 dan KBrO3 (dengan konsentrasi yang sama ~ 0,1 N)
terhadap ion Fe2+.
Alat
dan Bahan
Alat : Gelas piala
Gelas Ukur
Neraca
Bahan : Serbuk Besi
Asam sulfat 10%
Ammonia pekat
IV. Cara Kerja
1. Larutan A
- Dilarutkan 3,5 gram serbuk besi kedalam 50 ml asam sulfat 10 %
- Dipanaskan sampai hampir semua serbuk besi larut, kemudian disaring ketika larutan masih panas
Alat : Gelas piala
Gelas Ukur
Neraca
Bahan : Serbuk Besi
Asam sulfat 10%
Ammonia pekat
IV. Cara Kerja
1. Larutan A
- Dilarutkan 3,5 gram serbuk besi kedalam 50 ml asam sulfat 10 %
- Dipanaskan sampai hampir semua serbuk besi larut, kemudian disaring ketika larutan masih panas
- Ditambahkan sedikit asam sufat pekat padafiltrat kemudian diuapkan larutan
hingga membentuk kristal di permukaan larutan
Larutan B
- Di netralkan 50 ml asam sulfat 10% dengan ammonia pekat
- Diuapkan larutan (NH4)2SO4 hingga jenuh
2. Larutan A dan B
- Dicampurkan larutan A dan B, kemudian di dinginkan hingga terbentuk kristal berwarna hijau muda (dalam es batu)
- Dilarutkan kembali dengan sedikirair panas untuk mendapatkan garam mohr yang murni
- Dibiarkan mengkristal lagi kemudian ditimbang garam mohr yang didapat
- Ditentukan tingkat kemurnian kristal dengan menggunakan kadar Fe dalam larutan mohr.
- Dicampurkan larutan A dan B, kemudian di dinginkan hingga terbentuk kristal berwarna hijau muda (dalam es batu)
- Dilarutkan kembali dengan sedikirair panas untuk mendapatkan garam mohr yang murni
- Dibiarkan mengkristal lagi kemudian ditimbang garam mohr yang didapat
- Ditentukan tingkat kemurnian kristal dengan menggunakan kadar Fe dalam larutan mohr.
HASIL
PENGAMATAN
1. Larutan A
NO
|
Langkah Kerja
|
Hasil Pengamatan
|
1
|
Dilarutkan
3,5 gr besi dalam 100 mL H2SO4 10%, dipanaskan
|
Besi
larut, larutan berwarna abu-abu kehijauan
|
2
|
Disaring
larutan ketika masih panas
|
Larutan
berwarna hijau bening
|
3
|
Ditambahkan
asam sulfat pada filtrate
|
Larutan
berwarna hijau bening
|
2. Larutan B
No
|
Langkah
Kerja
|
Hasil
Pengamatan
|
1
|
Dinetralkan 100 mL H2SO4 10%
dengan amoniak . diuapkan larutan
|
Larutan bening (sampai pH = 7
|
3. Larutan
A dan B
No
|
Langkah Kerja
|
Hasil Pengamatan
|
1
|
Dicampurkan
larutan A dan B ketika masih panas
|
Larutan
berwarna hijau toska dengan endapan putih
|
2
|
Dipisahkan
larutan dengan endapan yang terbentuk dengan kertas saring
|
Terbentuk
kristal-kristal garam
|
3
|
Ditimbang
kristal yang diperoleh
|
m=
|
Berat garam mohr yang
didapatkan dari percobaan sebesar 6,36 gram
PERHITUNGAN
Massa kertas saring (b) = 1,23 gram
Massa hasil penyaringan (a) = 6,36 gram
Massa garam Mohr = a – b
= 6,36 – 1,23
= 5,13 gram
Massa besi (Fe) = 3,05 gram
BM besi (Fe) = 55,85 gram/mol
BM garam Mohr = 392 gram/mol
mol Fe = mol garam Mohr
= massa Fe / BM Fe
= 3,05 gram / 55,85 gram/mol
= 0,055 mol
massa garam Mohr (teori) = mol garam
Mohr x BM garam Mohr
= 0,055 x 392
= 21,56 gram
Pembahasan
1. Larutan A
Pada percobaan ini pertama–tama dibuat larutan A
dengan cara dilarutkan 3,5 gram besi ke dalam 100 ml H2SO4
10%, larutan berwarna abu-abu kehijauan dan endapan yang berupa besi akan
melarut, dimana H2SO4 merupakan pelarut yang mengandung
proton yang dapat diionkan dan bersifat asam kuat atau lemah. Dipanaskan
larutan sampai hampir semua besi larut, sehingga larutan berubah menjadi hijau
bening, kemudian larutan disaring dengan menggunakan kartas saring ketika masih
panas, ke dalam larutan tersebut ditambahkan sedikit (1-2 ml) asam sulfat pada
filtrat dan menguapkan larutan sampai terbentuk kristal dipermukaan larutan.
Adapun tujuan dari penyaringan adalah untuk
menghindari terbentuknya kristal pada suhu yang rendah dan tujuan dari
pemanasan adalah adalah sebagai katalis yaitu untuk mempercepat terjadinya
reaksi sehingga hampir semua besi dapat melarut. Larutan ini terus diuapkan
dengan tujuan untuk mengurangi molekul air yang ada pada larutan. Larutan ini
digunakan untuk menstabilkan kristal vitrol yang terbentuk. Percobaan ini
manghasilkan garam besi (II) sulfat yang merupakan garam besi (II) yang
terpenting. Garam-garam besi (II) atau fero diturunkan dari besi (II) oksida,
FeO. Dalam larutan, garam-garam ini mengandung kation Fe2+ sehingga
berwarna hijau dan Pembentukan FeSO4 dari logam Fe merupakan reaksi
elektron berdasarkan prinsip termokimia. Reaksi yang terjadi yaitu:
Fe + H2SO4 → FeSO4 + H2
2. Larutan B
Pembuatan larutan B yaitu pertama–tama dinetralkan 50 ml H2SO4
10% dengan amoniak, campuran tersebut berupa larutan jernih dan panas. Kemudian
dilakukan pengukuran pH dengan menggunakan kertas indikator maka dapat
dikatahui bahwa pH larutan tersebut adalah netral 7 karena reaksi antara kedua
reaktan merupakan reaksi netralisasi asam-basa dengan pH netral. Kemudian
larutan ini diuapkan hingga jenuh sampai timbul endapan-endapan kristal. Reaksi
yang terjadi yaitu:
2NH3 + H2SO4 → (NH4)2SO4
3. Dicampurkan larutan A dan B
Pembentukan kristal garam mohr dapat dilakukan dengan cara
dicampurkan larutan A dan B ketika masih panas, atau pada keadaan yang sama,
kondisi ini dipertahankan agar tidak terjadi pengkristalan larutan pada suhu
yang rendah, maka akan dihasilkan larutan berwarna hijau muda dengan endapan
putih. Untuk memperoleh kristal, dilakukan pendinginan beberapa hari sehingga
terbentuk kristal yang lebih halus. Setelah didinginkan, larutan campuran tadi
disaring sehingga diperoleh kristal garam mohr yang dimaksud. Kristal garam
mohr ditimbang dengan neraca analitik didapatkan gram. Dari data yang diperoleh, maka didapatkan pemurnian
garam mohr adalah Bentuk kristal garam
mohr adalah monoklin dengan warna hijau muda. Dalam senyawa kompleks Fe2+
berperan sebagai atom pusat dengan H2O sebagai ligannya. Adapun
reaksi yang berlangsung yaitu :
FeSO4 + (NH4)2SO4
+ 6H2O → (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O
KESIMPULAN
Kesimpulan dari
percobaan yang dilakukan. Dari
percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu garam
Mohr merupakan senyawa kompleks besi dengan ligan amonium dan sulfat dengan
rumus molekul (NH4)2Fe(SO4)2. 6H2O.
Pembuatan garam mohr dilakukan dengan cara kristalisasi, yaitu melalui
penguapan, dan didapatkan kristal berwarna hijau muda. Campuran besi (II)
sulfat dengan larutan amonium sulfat akan menghasilkan suatu garam, yang sering
disebut dengan garam mohr. Garam mohr stabil diudara dan larutannya tidak mudah
dioksidasi oleh oksigen diatmosfer. Garam Mohr yang terbentuk sebesar 5,13 gram
dengan tingkat kemurniannya adalah sebesar 75,37 %
REFERENSI
1.
Svehla, G. 1990. Vogel: Buku Teks Analisis
Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Bagian I. PT Kalman Media Pusaka.
Jakarta.
2.
Harjadi, W. 1989. Ilmu Kimia Analitik
Dasar. Erlangga. Jakarta.
3.
Cotton and Wikinson. 1989. Kimia
Anorganik Dasar. UI- Press. Jakarta
4. LAMPIRAN
1.
Apa tujuan penambahan asam sulfat pada filtrat ?
Penambahan tersebut bertujuan untuk
membuat larutan sedikit asam karena larutan tersebut bersifat basa dan kation
Fe+ sangat mudah teroksidasi diudara bebes menjadi Fe3+,
oksidasi ini dapat menyebabkan pembuatan garam Mohr menjadi terhambat.
2.
Apa fungsi dari garam Mohr ?
a.
Untuk membuat larutan baku Fe2+
bagi analisis volumetri.
b. Untuk meramalkan urutan daya
mengoksidasi oksidator K2Cr2O7, KMnO4
dan KBrO3 (dengan konsentrasi yang sama ~0,1 N) terhadap ion Fe2+.
c.
Sebagai zat pengkalibrasi dalam
pengukuran magnetik.
3.
Tulis semua reaksi yang terdapat pada percobaan ini !
a) Fe + H2SO4
FeSO4 + H2O
b) 2NH3 + H2SO4
→ (NH4)2SO4
c) FeSO4 + (NH4)2SO4
+ 6H2O → (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus