Jumat, 20 Desember 2013

KOROSI BESI

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ANORGANIK I
KOROSI BESI

Disusun oleh Kelompok 1
Anggota kelompok:
Adi Prayoga
Anisa Winarni
Farah Kamalia
Khilda Nur Laila
Mia Adha

PUSAT LABORATORIUM TERPADU (PLT)
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

I.             Pendahuluan
a.       Latar Belakang
Korosi dalam istilah sehari-hari kita kenal sebagai peristiwa perkaratan.Korosi ini sebenarnya Merupakan peristiwa oksidasi logam oleh gas oksigen yang ada di udara membentuk oksidanya. Proses korosi banyak menimbulkan masalah pada barang-barang yang terbuat dari besi walaupun logam-logam lain (kecuali logam mulia) dapat juga mengalami korosi. Jadi jelas korosi dikenal sangat merugikan.
Korosi merupakan sistem termodinamika logam dengan lingkungannya, yang berusaha untuk mencapai kesetimbangan. Sistem ini dikatakan setimbang bila logam telah membentuk oksida atau senyawa kimia lain yang lebih stabil. Pencegahan korosi merupakan salah satu masalah penting dalam ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
Besi adalah salah satu dari banyak jenis logam yang penggunaannya sangat luas dalam kehidupan sehari-hari.Namun kekurangan dari besi ini adalah sifatnya yang sangat mudah mengalami korosi. Padahal besi yang telah mengalami korosi akan kehilangan nilai jual da fungsi komersialnya. Ini tentu saja akan merugikan sekaligus membahayakan. Berdasarkan dari asumsi tersebut, percobaan ini difokuskan dalam upaya pencegahan terjadinya peristiwa korosi ini khususnya pada besi..
Proses perkaratan pada besi dapat berlanjut terus sampai seluruh bagian dari besi hancur. Hal ini disebabkan oksida-oksida besi yang terbentuk pada peristiwa awal korosi akan menjadi katalis (otokatalis) pada peristiwa korosi selanjutnya.

b.      Rumusan Masalah
1.      Bagaimana proses perubahan perkaratan pada besi?
2.      Bagaimana proses oksidasi reduksi yang terjadi pada besi?

c.       Tujuan
1.      Mengamati perubahan perkaratan besi.
2.      Mengamati proses oksidasi reduksi yang terjadi pada besi.

d.      Waktu dan Tempat
Praktikum kali ini dilaksanakan pada Kamis, 7 November 2013 pukul 13.00 WIB di Pusat Laboratorium Terpadu (PLT).

II.          Dasar Teori
Korosi merupakan proses degradasi,deterorisasi,pengerusakan materil yang  di sebabkan oleh pengaruh lingkungan sekelilingnya.Adapun prosesnya yakni merupakan reaksi redoks antara satu logam dengan berbagai zat di sekelilingnya tersebut.Dalam bahasa sehari-hari korosi di sebut dengan perkaratan.Kata korosi berasal dari bahasa latin “Corrodere” yang artinya  pengrusakan logam atau perkaratan.jadi jelas korosi di kenal sangat merugikan.Korosi merupakan sistem termodinamika logam dengan lingkungannya,yang berusaha untuk mencapai kesetimbangan.Sistem ini di katakan setimbang bila logam telah membentuk oksida atau senyawa kimia lain yang lebih stabil. Pencegahan korosi merupakan salah satu dari banyak jenis logam yang penggunaanya sangat luas dalam kehidupan sehari-hari.Namun kekurangan dari besi adalah sifatnya yang sangat mudah mengalami korosi.Padahal besi yang telah mengalami korosi akan kehilangan nilai jual ada fungsi komersialnya.Ini tentu saja akan merugikan sekaligus membahayakan.Berdasarkan dari asumsi tersebut ,percobaan ini di fokuskan dalam upaya pencegahan terjadinya peristiwa korosi ini khususnya pada besi. Selain itu pada  percobaan ini akan di ketahui logam-logam apa sajakah yang dapat menghambat terjadinya korosi sesuai dengan sifat-sifat  kimia nya.
      Besi merupakan logam yang menempati urutan kedua dari logam-logam yang umum terdapat pada kerak bumi .besi cukup reaktif, besi bila di biarkan di udara terbuka untuk  beberapa lama mengalami perubahan warna yang lazim di sebut perkaratan besi.Proses perubahan besi menjadi besi berkarat merupakan reaksi redoks yag melihat oksigen:
Fe(s)  + O2  -->  Fe2O3
       Faktor yang berpengaruh terhadap korosi dapat di bedakan mejadi dua,yaitu yang berasal dari bahan itu sendiri dan diri lingkungan. Dari Faktor bahan meliputi kemurnian  bahan,struktur bahan ,bentuk kristal ,unsur-unsur kelumit yang ada  dalam bahan,teknik pencampuran bahan dan sebagainya. Bahan-bahan korosif (yang dapat menyebabkan korosi) terdiri atas asam,basa serta garam,baik dalam bentuk senyawa an-organik maupun organik. Penguapan dan pelepasan bahan-bahan korosif ke udara dapat mempercepat  proses korosi. Udara dalam ruangan yang terlalu asam atau basa dapat mempercepat proses korosi peralatan elektronik yang ada dalam ruangan tersebut.
       Flour,hidrogen flourida beserta persenyawaan-persenyawaannya di kenal sebagai bahan korosif. Dalam industri,bahan ini umumnya di pakai untuk sintesa bahan-bahan organik. Ammoniak (NH3) merupakan bahan kimia yang cukup banyak di gunakan dalam kegiatan industri. Pada suhu dan tekanan normal,bahan ini berada dalam bentuk gas dan sangat mudah terlepas ke udara. Ammoniak dalam kegiatan industri umumnya di gunakan untuk sintesa bahan organik,sebagai bahan anti beku didalam alat pendingin,juga sebagai bahan untuk pembuatan pupuk.Bejana-bejana penyimpan ammoniak harus selalu di periksa untuk mencegah terjadinya kebocoran dan pelepasan bahan ini ke udara.Embun pagi saat ini umumnya mengandung aneka partikel aerosol,debu serta gas-gas asam seperti NOx dan SOx.
Dalam batu bara terdapat belerang atau sulfur (S) yag apabila di bakar berubah menjadi oksida belerang.
Masalah utama berkaitan dengan peningkatan penggunaan batu bara adalah dilepaskannya gas-gas polutan seperti oksida nitrogen (NOx) dan Oksida belerang (SOx).Walaupun sebagian besar pusat tenaga listrik batu bara telah menggunakan alat pembersih endapan (presipitor) untuk membersihkan partikel-partikel kecil dari asap batu bara,namun NOx da SOx yang merupakan senyawa gas dengan bebasnya naik melewati cerobong dan terlepas ke udara bebas. Di dalam udara,kedua gas tersebut dapat berubah menjadi asam nitrat (HNO3) dan asam sulfat (H2SO4).
Oleh sebab itu,udara menjadi terlalu asam dan bersifat korosif dengan terlarutnya gas-gas asam tersebut di dalam udara.Udara yang asam ini tentu dapat berinteraksi dengan apa saja,termasuk komponen-komponen renik di dalam peralatan elektronik.Jika hal itu terjadi ,maka proses korosi tidak dapat  di hindari lagi. Korosi yang menyerang piranti maupun komponen-komponen elektonika dapat mengakibatkan kerusakan bahkan kecelakaan. Karena korosi ini maka sifat elektrik komponen-komponen elektronika dalam komputer, televisi, radio, kalkulator, jam digital dan sebagainya menjadi rusak. Korosi dapat menyebabkan terbentuknya lapisan non-konduktor pada komponen elektronik.
Oleh sebab itu,dalam lingkungan dengan tingkat pencemaran tinggi,aneka barang mulai dari komponen elektronika renik sampai jembatan baja semakin mudah rusak,bahkan hancur karena korosi.Dalam beberapa kasus,hubungan pendek yang terjadi pada peralatan elektronik dapat menyebabkan terjadi nya kebakaran yang menimbulkan kerugian bukan hanya dalam bentuk kehilangan atau kerusakan materi,tetapi juga korban nyawa.

III.       Alat dan Bahan
a.       Alat
1.      Gelas piala 250 ml
2.      Cawan petri
3.      Batang pengaduk
4.      Penanggas air
5.      Paku
6.      Jarum Pentul
7.      Paku payung

b.      Bahan
1.   Larutan NaCl
2.   Agar-agar
3.   Fenolftalin
4.   K4(Fe(CN)6)

IV.       Cara Kerja
1.      Disiapkan 8 paku berukuran sedang dan besar, 4 jarum pentul dan 4 paku payung dan dibagi ke dalam 4 cawan petri secara merata. 4 paku berukuran besar dibengkokkan terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam cawan.
2.      Dimasukkan satu agar-agar + aquades ke dalam gelas piala 250 mL dipanaskan diatas penangas air.
3.      Hasil adonan agar-agar panas dituangkan ke dalam masing-masing cawan petri hingga seluruh paku terendam. Segera ditambahkan 5 tetes larutan NaCl, PP, dan larutan NaOH pada masing-masing cawan petri. Satu cawan lagi berfungsi sebagai kontrol.
4.      Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi selama 30 menit, 1 jam, 2 jam dan 24 jam.

V.          Hasil dan Pembahasan

1.      Perubahan selama 30 menit
Paku
Agar-agar (Kontrol)
Kontrol + Fenolftalein (PP)
Kontrol + K4(Fe(CN)6) 0,5 M
Kontrol + NaCl 0,5 M
Payung
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Jarum Pentul
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Kecil
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Sedang
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap

2.      Perubahan selama 1 jam
Paku
Agar-agar (Kontrol)
Kontrol + Fenolftalein (PP)
Kontrol + K4(Fe(CN)6) 0,5 M
Kontrol + NaCl 0,5 M
Payung
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Jarum Pentul
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Kecil
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Sedang
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap

3.      Perubahan selama 2 jam
Paku
Agar-agar (Kontrol)
Kontrol + Fenolftalein (PP)
Kontrol + K4(Fe(CN)6) 0,5 M
Kontrol + NaCl 0,5 M
Payung
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Jarum Pentul
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Kecil
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Sedang
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap

4.      Perubahan selama 24 jam
Paku
Agar-agar (Kontrol)
Kontrol + Fenolftalein (PP)
Kontrol + K4(Fe(CN)6) 0,5 M
Kontrol + NaCl 0,5 M
Payung
Berkarat
Berkarat
Sedikit berkarat
Berkarat
Jarum Pentul
Sedikit berkarat
Berkarat
Tetap
Berkarat
Kecil
Tetap
Tetap
Tetap
Sedikit berkarat
Sedang
Sedikit berkarat
Sedikit berkarat
Tetap
Sedikit berkarat

Praktikum kali ini adalah menguji korosi besi dalam berbagai pereaksi. Pereaksi yang digunakan yaitu fenolftalein (PP), K4(Fe(CN)6), dan NaCl serta agar-agar sebagai kontrol. Besi yang digunakan adalah paku payung, jarum pentul, paku kecil dan paku berukuran sedang. Saat menguji korosi diamati perubahan selama 30 menit, 1 jam, 2 jam dan 24 jam.
Pada saat pengamatan 30 menit, 1 jam dan 2 jam belum ada perubahan dari masing-masing besi. Namun ketika didiamkan selama 24 jam ada perubahan yang terjadi. Paku payung dan jarum pentul terlihat berkarat, dan paku berukuran sedang terlihat sedikit berkarat. Perubahan atau korosi ini terjadi dalam campuran agar-agar dan PP, agar-agar dan NaCl, serta agar-agar saja.
Pada kontrol atau cawan yang berisi agar-agar saja, korosinya berjalan sangat lambat. Hanya paku payung yang terlihat berkarat, pada jarum pentul dan paku berukuran sedang hanya sedikit berkarat, sedangkan paku berukuran kecil tidak terjadi apa-apa.
Pada campuran agar-agar dan PP terjadi korosi pada paku payung dan jarum pentul. Pada paku berukuran sedang hanya sedikit berkarat, sedangkan pada paku lain tidak terjadi apa-apa. Beberapa bagian agar-agar terlihat sedikit berwarna merah muda. Hal ini disebabkan adanya indikator PP, indikator ini menunjukkan tempat terjadinya reaksi reduksi HO. H2O tereduksi menghasilkan ion OH- yang dapat berinteraksi dengan PP membentuk warna merah muda. Warna merah muda inilah yang menyebabkan adanya korosi.
Pada campuran agar-agar dan NaCl juga terjadi korosi pada paku payung dan jarum pentul, pada paku berukuran kecil dan sedang hanya sedikit berkarat. NaCl merupakan larutan elektrolit. Kontak dengan elektrolit dapat mempercepat korosi karena elektrolit memberikan pengaruh, seperti jembatan garam sehingga mobilitas elektron akan makin tinggi dan korosi akan berjalan lebih cepat.
Pada campuran agar-agar dan K4(Fe(CN)6) tidak terjadi korosi sama sekali. Hal ini dapat disebabkan karena bahan yang digunakan kondisinya sudah kurang baik.

VI.       Daftar Pustaka
Cotton dan Wikinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI-Press.
Shevla, G. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kuantitatif Makro dan Semimikro Bagian I. Jakarta: PT Kalman Media Pusaka.


VII.    Lampiran