Minggu, 24 November 2013

kumpulan review jurnal tentang sintesis gas hidrogen dan feul cell 2




SINTESIS GAS HIDROGEN DARI PROSES ELEKTROLISIS DAN GASIFIKAS BIOMASA

Anisa Winarni 1112096000032
Mahasiswi Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412


 

Abstrak
Hidrogen adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Hidrogen atau H2 mempunyai kandungan energi per satuan berat tertinggi, dibandingkan dengan bahan bakar manapun. Hidrogen merupakan unsur yang sangat aktif secara kimia, sehingga jarang sekali ditemukan dalam bentuk bebas. Di alam, hidrogen terdapat dalam bentuk senyawa dengan unsur lain, seperti dengan oksigen dalam air atau dengan karbon dalam metana. Sehingga untuk dapat memanfaatkanya, hidrogen harus dipisahkan terlebih dahulu dari senyawanya agar dapat digunakan sebagai bahan bakar. Ada beberapa metode pembuatan gas hidrogen yang telah kita kenal. Namun semua metode pembuatan tersebut prinsipnya sama, yaitu memisahkan hidrogen dari unsur lain dalam senyawanya. Tiap-tiap metode memiliki keunggulan dan kekurangan masing-masing. Tetapi secara umum parameter yang dapat dipertimbangkan dalam memilih metode pembuatan H2 adalah biaya, emisi yang dihasilkan, kelaikan secara ekonomi, skala produksi dan bahan baku
abstarck
Hydrogen is a gas that is colorless, odorless and tasteless. Hydrogen or H2 has an energy content per unit weight of the highest, compared with any fuel. Hydrogen is an element that is very active chemically, so rarely found in the free form. In nature, hydrogen is present in the form of compounds with other elements, such as the oxygen in the water or the carbon in methane. So as to be able memanfaatkanya, hydrogen must first be separated from their compounds to be used as fuel. There are several methods of making hydrogen gas that we know. However, all methods of making the same principle, namely separating hydrogen from other elements in the compound. Each method has advantages and disadvantages of each. But in general the parameters that can be considered in choosing a method of making H2 is the cost, the resulting emissions, economic feasibility, scale of production and raw materials.



1.      Pendahuluan

Minat pada produksi gas hidrogen untuk sel bahan bakar terus meningkat, yang dipicu oleh kekhawatiran akan meningkatnya pencemaran lingkungan akibat penggunaan secara langsung bahan bakar fosil, dan tingginya harga minyak bumi. Ketika digunakan sebagai sumber energi, hidrogen tidak menghasilkan polutan seperti CO, CO2, SO2 dan NOx. Tentu saja, suatu hidrokarbon masih diperlukan untuk menghasilkan hidrogen, tetapi sel bahan bakar memiliki efisiensi energi yang lebih baik dan dapat mengurangi lepasnya gas rumah kaca dibandingkan dengan pembakaran langsung hidrokarbon. Hidrogen diperkirakan membentuk komposisi lebih dari 90% atom-atom di alam semesta (sama dengan tiga perempat massa alam semesta). Unsur ini ditemukan di bintang-bintang dan memainkan peranan yang penting dalammemberikan sumber energi jagat raya melalui reaksi proton-proton dan sikluskarbon-nitrogen. Proses fusi atom-atom hidrogen menjadi helium di matahari menghasilkan jumlah energi yang sangat besar . Walaupun hidrogen adalah benda gas, kita sangat jarang menemukannyadi atmosfer bumi. Gas hidrogen yang sangat ringan, jika terkombinasi denganunsur lain, akan berbenturan dengan unsur lain dan terkeluarkan dari lapisanatmosfer. Di bumi, hidrogen banyak ditemukan sebagai senyawa (air) di manaatom-atomnya bertaut dengan atom-atom oksigen. Atom-atom hidrogen jugadapat ditemukan pada tumbuhan, petroleum, arang dan lain-lain. Sebagai unsur yang independen.
Kegunaan hydrogen :

1.   Untuk mengikat nitrogen dengan unsur yang lain dalam proses Haber (memproduksi amonia) dan untuk proses hidrogenasi lemak dan minyak.2.
2. Digunakan dalam jumlah yang banyak dalam produksi metanol didealkilasihidrogen (hydrodealkylation), katalis hydrocracking, dan sulfurisasi hidrogen.3. 
3.  Sebagai bahan bakar roket, hidrogen merupakan elemen yang sangat mudahterbakar dan sudah lama digunakan sebagai bahan bakar roket, meskipun bisa juga digunakan sebagai bahan bakar kendaraan lainnya, seperti mobil, sepedamotor dan lain-lain
4.    Memproduksi asam hidroklorida
5.    Mereduksi biji-biji besi.
6.    Sebagai gas pengisi balon,
7.  Sebagai bahan hidrogenasi, terutama dalam peningkatan kejenuhan dalamlemak tak jenuh dan minyak nabati (ditemukan di margarin), dan dalam produksi metanol
8.   Digunakan sebagai pendingin motor pada generator pembangkit listrik karena mempunyai konduktivitas termal yang paling tinggi di antara semua jenis gas
9.     Untuk memproses bahan bakar fosil dan memproduksi ammonia

2.      Gas hydrogen dari elektrolisis

Elektrolisis air adalah penguraian air (H2O) menjadi oksigen (O2) dan hidrogen (H2) dengan cara pengaliran arus listrik melalui katoda dan anoda yang tercelup di dalam air. Hidrogen akan muncul di katoda, yaitu elektroda yang terhubung ke arus negatif, dan oksigen di anoda, yaitu elektroda yang. terhubung ke arus positip. Jumlah gas hidrogen yang diperoleh sebanyak 2 kali gas oksigennya, dan jumlah keduanya proporsional dengan energi listrik yang digunakan. Elektrolisis air murni berlangsung sangat lambat. Hal ini karena konduktivitas listrik air murni sangat rendah, yaitu sekitar 1/1.000.000 dari konduktivitas listrik air laut. Kecepatan elektrolisis air menjadi hidrogen dan oksigen dapat ditingkatkan secara nyata dengan penambahan zat-zat elektrolit yang berupa garam, asam, atau basa. Jika zat elektrolit ditambahkan ke dalam air, maka konduktivitas listrik larutan elektrolit tersebut meningkat dengan tajam. Garam natrium dan lithium sering digunakan dalam proses elektrolisis air karena harganya relatif murah dan mudah larut dalam air. Pada elektrolisis air banyak energi yang hilang sebagai panas, sehingga tidak dapat mengubah 100% energi listrik menjadi energi kimia hidrogen. Pada proses ini, efisiensi konversi energi listrik menjadi energi kimia hidrogen tanpa memperhitungkan kehilangan energi pada pembangkitan listrik adalah 50 s.d. 70%. Jika hidrogen diproduksi dengan cara elektrolisis air menggunakan listrik dari pembangkit listrik tenaga nuklir, maka efisiensi totalnya 30 s.d. 45%. Dalam metode elektrolisis ini senyawa yang digunakan adalah kalium hidroksida (KOH) dengan menggunakan sebuah alat yaitu tabung electrolizer yang tersususn dari bahan mika (plastic), elektroda 10 buah dimana terbuat dari bahan stainless, kabel dan power supply DC.  Larutan KOH merupakan senyawa larutan kimia dengan melarutkan KOH ke dalam air. reaksi kimia yang terjadi pada larutan tersebut adalah sebaga berikut
2 KOH + 2 H2O     K2 + 3 H2 + 2 O2
Reaks kimia tersebut menunjukan jika 2 bagian KOH dilarutkan ke dalam 2 bagian air maka akan dihasilkan 1 bagian K2 yang berupa padatan akan tetap bertahan di dalam larutan, sedangkan  3 bagian H2 dan 2 bagian O2 akan keluar menguap ke udara. Gas hydrogen inilah yang kemudian ditampung dan dijadikan bahan bakar alternative masa depan.  Proses elektrolisis dalam hal ini terjadi karena adanya kutub anoda dan katoda yang saling berhadapan. Jika melihat susunan katoda dan anoda pada tabung elektrolizer peneliti memperkirakan peluang terjadinya elektroliss sebanyak 13 buah kutub yang saling berhadapan dan disusun secara parallel, apabila tidak disusun secara paralele peneliti memperkirakan terjadinya elektrolisis hanya terjadi pada 5 buah kutub saja yang saling berhadapan. Karena menurut peneliti semakin banyak kutub yang saling berhadapan antara katoda dan anaoda maka semakin banyak gas yang dihasilkan. Konsentrasi larutan KOH yang semakin pekat akan membuat besarnya hambatan listrik pada latrutan akan semakin kecil dan akan mendekati nol. Besarnya arus sangat mempengaruhi proses terjadinya elektrolisis. Semakin besra arus yang diberikan maka akan semakin cepat menculnya gelembung – gelembung di permukaan elektroda. Ini berarti produktifiotas gas hydrogen akan semakin cepat dan mudah. Terbukti dari data di bawah ini.

Table 1. debit volume gas H2
Konsentrasi larutan KOH
Arus DC
(Ampere)
Debit volume H2 (ml)
5,33 %
4
47,226
5
59,268
6
76,128
4,57 %
4
43,992
5
54,516
6
71,076
4 %
4
41.412
5
50,826
6
63,42

3.55 %
4
39,336
5
46,974
6
58,584
3,2 %
4
37,302
5
44,49
6
53,928


Dari data table 1 produktifitas H2 diatas, menunjukan produktifitas H2 terdapat pada titik maksimum produksi dan titik minimum produksi. Untuk titik produktifitas maksimum terjadi pada saat konsentrasi larutan KOH 5,33% denga arus 6 A, sedangkan titik minimum terjadi pada saat konsentrasi larutan 3,2% dengan arus 4 A.

3.      Gas hydrogen dari gasifikasi massa

Gasifikasi adalah reaksi oksidasi biomassa dengan jumlah oksigen terbatas dan hasilnya merupakan bahan bakar gas. Dalam kondisi tertentu, jumlah oksigen dibatasi kurang dari 40% jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk pembakaran sempurna, dan hasil utamanya adalah CO dan H2, pada gas hasil gasifikasi biomassa terdapat pula CO2, CH4, dan senyawa lainnya. Proporsi relatif dari masing-masing komponen dalam syngas tergantung pada kondisi operasi gasifikasi, yaitu temperatur, tekanan, jenis biomassa, dll, dan di antara mereka, agen gasifikasi disebutkan dalam literatur sebagai yang paling berpengaruh. Teknologi gasifikasi biomassa yang berbeda termasuk yang menggunakan udara., uap atau campuran uap O2 merupakan bahan paling utama dalam proses gasifikasi biomassa. Dalam proses gasifikasi kandungan hidrogen dalam sintetis gas dapat mencapai nilai berkisar dari 35% hingga 45% vol. Selanjutnya peningkatan kadar hidrogen dalam gas produk diperlukan penyesuaian rasio H2/CO engan menggunkan proses reaksi Water Gas Shift (WGS) yang memungkinkan konversi CO menjadi CO2 dan H7 dalam uap dengan reaksi seperti di bawah :
CO + H2O → H2 + CO2
Penggunaan katalis WGS dilakukan pada suhu ultra-tinggi yang dapat digabungkan dengan gasifikasi biomassa [atau penggunaan reaktor membran untuk meningkatkan konversi CO tanpa menggunakan katalis. Pendekatan teknologi dengan menggabungkan. keuntungannya. Salah satunya adalah menggunakan WGS tahap kedua pada suhu yang lebih rendah. Hal ini karena pemisahan in-situ dari salah satu produk (dalam hal ini H2) dengan membran akan mengakibatkan hasil H2 yang tinggi pada suhu tinggi sehingga reaksi WGS akan dilakukan dalam satu tahap yang beroperasi di rentang suhu katalis yang dipilih. keuntungan lain adalah bahwa kelebihan uap tidak akan diperlukan untuk mendukung konversi CO yang lebih tinggi meskipun masih mungkin diperlukan untuk mencegah karbon dan/atau pembentukan metana.
Dalam penelitian ini peneliti menggnakan katalis yang sudah dalam tahap aktif yaitu magnetit (Fe3O4), sehingga tidak memerlukan langkah pra-reduksi. Penelitian ini menggunakan dilakukan dalam reaktor mikro tubular SS dengan dasar tetap (ID panjang 9 mm x 220 mm) disimpan di tanur listrik zona tunggal. Metode isotermal, yang mencakup isolasi kolom untuk memberikan pemisahan lengkap dari komponen gas yang berbeda disiapkan untuk menganalisis H2, CH4, CO2, N2 dan CO.

      3.1   Pengukuran aktivitas dan prosedur percobaan

Setiap suhu kerja yang dicapai dalam reaktor dengan menggunakan aliran N2 dan ketika kondisi stasioner mampu mencapai instalasi yang siap untuk memulai pengujian. Komposisi umpan (feed) ditentukan pada masing-masing tes yang melewati reaktor dan menjalankan metode analisis untuk gas umpan kering. Kemudian, campuran gas didorong melalui reaktor dan pompa dinyalakan untuk memberikan laju aliran yang diinginkan. Sebagai hasil reaksi WGS, gas keluar menjadi lebih kaya hidrogen dan karbon dioksida sedangkan karbon monoksida awal dikonsumsi.

3.2   Pengaruh komposisi gas umpan

Aliran gas yang diberikan ke sistem WGS biasanya berasal dari langkah proses sebelumnya dan terdiri dari senyawa yang berbeda tergantung pada proses yang dipertimbangkan. Serangkaian tes pertama dilakukan untuk mempelajari kesesuaian katalis untuk komposisi gas umpan diharapkan pada inlet reaktor WGS di plant Varnamo. Komposisi khas dalam gasifikasi biomassa terdiri dari campuran H2, CO, CO2, CH4 dan adanya masing-masing relatif sangat tergantung pada kondisi operasi proses. Dalam penelitian ini secara industri digunakan aliran hidrogen (kandungan hidrogen lebih tinggi dari 70% v/v) dan dengan kadar karbon monoksida lebih rendah daripada yang berasal dari gasifikasi biomassa oksigen, di mana kandungan CO berkisar dari 40% sampai 60 % v/v dan kandungan H2 berkisar dari 35% hingga 45% v/v.

       3.3   Pengukuran kadar hidrogen

Dimana suhu proses berada pada kisaran 250 °C hingga 500 °C dan kecepatan ruang berkisar dari 2885 h-1 sampai 25.000 h-1. Kecepatan ruang diperkirakan sebagai rasio laju aliran (basis basah) pada kondisi standar untuk volume katalis.


Tabel 2. Pengukuran kadar gas hydrogen pada gas keluar
Suhu (oC)
SV = 2885 h -1
SV = 10.000 h -1
SV = 25.000 h -1
300
48,81
42,65
39,97
350
54,66
51,17
41,85
380
55,46
55,31

410

57,22

425
55,05

48,19
440

57,6

470
57,50

49,43
500


50,07

Mengenai produksi hidrogen Tabel 2 merangkum hasil yang diperoleh Kandungan H2 maksimum diukur dalam gas keluar yang berkisar antara 50,1% v/v dan 57,6% v/v basis kering yang memberikan peningkatan kandungan H2 dalam gas sebesar 10-17% v/v. volume gas hydrogen terbesar maksimum terjadi pada suhu 440 0C dengan kecepatan ruang 10.000 h-1 sedangkan volume gas hydrogen minimum terjadi pada suhu 350 0C dengan kecepatan ruang 25.000 h-1.

4.      Kesimpulan

Dalam perbandingan metode sintesis hydrogen dengan menggunakan proses elektrolisis dengan gasifikasi masa didapatkan kesimpulan bahwa proses yang paling baik dalam pembuatan gas hydrogen apabila dilihat dari jumlah gas hydrogen yang dihasilkan adalah pembuatan gas hydrogen dengan menggunkan metode elektrolisis larutan KOH karena gas hydrogen yang dihasilkan sekitar 76% sedangkan pada proses gasifikasi biomasa hanya 57,6% gas hydrogen yang dihasilkan. Namun  jika dilihat pada elektrolisis air banyak energi yang hilang sebagai panas, sehingga tidak dapat mengubah 100% energi listrik menjadi energi kimia hidrogen. Pada proses ini, efisiensi konversi energi listrik menjadi energi kimia hidrogen tanpa memperhitungkan kehilangan energi pada pembangkitan listrik adalah 50 s.d. 70%. Jika hidrogen diproduksi dengan cara elektrolisis air menggunakan listrik dari pembangkit listrik tenaga nuklir, maka efisiensi totalnya 30 s.d. 45%. Sehingga metode gasifikasi masa lebih efisien digunakan.
  
Referensi  

Anonim, 2009, “Energi Gelombang Laut: Selama Ada Ombak,
Energi Akan Didapat,” http://www.esdm.go.id/news-archives/
56-artikel/2585-energi-gelombang-laut-,
21 0ktober 2013
Anonim, 2009e, “Electrolysis of Water,” http://en.wikipedia.org/wiki/
electrolysis_ of_water, 21 oktober 2013

 




SINTESIS HIDROGEN DARI METANOL DENGAN KATALIS Cu/ZnO/Al2O3

Farah Kamalia 1112096000036
Mahasiswi Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jl. Ir. H. Juanda no.95 Ciputat 15412
 

Abstrak

Sintesis hidrogen dari hidrokarbon cair menarik untuk dikembangkan karena dapat menjadi
alternatif yang praktis untuk memasok hidrogen pada sel bahan bakar. Sintesis hidrogen dari methanol dapat dilakukan melalui reaksi reformasi kukus metanol yang merupakan reaksi terkatalisis antara metanol dan air dalam fasa gas. Katalis yang digunakan adalah katalis Cu/ZnO/Al2O3 yang terdiri dari Cu, CuO, ZnO, dan Al2O3.

Kata Kunci: hidrogen, metanol, steam reforming, katalis heterogen



PENDAHULUAN

Belakangan ini harga minyak bumi dunia terus meningkat.Sebagai sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui maka cadangan minyak bumi kian menyusut, sehingga wajar saja kalau harganya terus meningkat. Sementara itu kebutuhan dunia akan minyak bumi terus meningkat setiap tahunnya. Salah satu faktanya adalah semakin banyaknya negara yang terjun dalam industri mobil.

Semakin berkurangnya cadangan minyak mentah di bumi, dan semakin tingginya tingkat pencemaran udara, menjadikan perusahaan-perusahaan mobil terkemuka dunia berlomba-lomba menurun- kan tingkat konsumsi bahan bakar sambil terus mencari bahan bakar alternatif. Tuntutan untuk mencari bahan bakar alter- natif yang bebas, atau paling tidak rendah tingkat pencemaran udaranya, juga didorong oleh semakin tingginya kesadaran untuk melestarikan alam. Hal ini ditandai dengan diberlakukannya sejumlah peraturan yang memperketat batas emisi, khususnya gas CO2 yang diperbolehkan. Kendati pada saat ini tingkat pencemaran dari emisi mesin kendaraan bermotor sudah sangat jauh berkurang bila dibandingkan dengan 10 tahun lalu (Anonimous, 2002), tetapi dalam jangka panjang emisi bahan bakar minyak itu tetap saja dianggap akan membahayakan.

Upaya untuk mencari mobil yang tidak menggunakan mesin berbahan bakar minyak sudah dilakukan sejak lama, tetapi sampai saat ini belum ditemukan alternatif yang dianggap dapat menandingi mesin berbahan bakar minyak.Pencarian sumber energi baru pengganti minyak bumi semakin intensif dilakukan disebabkan melambungnya harga minyak bumi.Sebagian besar peneliti sepakat bahwa hidrogen adalah bahan bakar yang dipandang cocok menggantikan minyak bumi dan layak untuk dikembangkan karena memenuhi dua kriteria yaitu mampu mendorong teknologi ramah lingkungan juga banyak tersedia di alam (Anonimous, 2005).

Pengembangan hidrogen masih terkendala pada penanganan dan penyimpanannya pada transportasi, sehingga perhatian peneliti tertuju untuk menghasilkan listrik on board untuk transportasi. Metanol telah menjadi pilihan utama sebagai bahan baku bawaan untuk hidrogen karena ketersediaannya dan rasio hidrogen:karbon yang tinggi. Listrik diproduksi melalui reaksi kimia dengan menggabungkan hidrogen dan oksigen membentuk air.Produknya bebas dari polusi. Keuntungan lain dari penggunaan hydrogen dalam fuel cell dibandingkan dengan system pembakaran mesin internal adalah dapat memberikan efisiensi energi lebih tinggi, kebisingan rendah, tidak ada partikel jelaga yang dapat menyebabkan terganggu kesehatan manusia. Tipe fuel cell untuk diaplikasi pada automobile adalah proton exchangemembrane (PEFC) fuel cell. Persendiaan hydrogen on-board untuk kendaraan dapat dibagi ke dalam 3 kelompok yaitu: tangki tekanan tinggi dan hydrogen cair, menggunakan metal-hydride sebagai tangki, dan reforming hydrocarbon, seperti metanol, etanol, dimethylether, gasoline, diesel, dan lain-lain (Purnomo, 2003).

Metanol sebagai bahan kimia bawaan untuk hidrogen, disamping karena ketersediaannya yang dapat diperbaharui, memiliki energi dan densitas tinggi, serta mudah disimpan dan transportasi. Metanol merupakan senyawa alkohol yang memiliki harga paling murah dibanding alkohol yang lainnya seperti etanol dan butanol (Lwin dkk., 2000).

Sistem terintegrasi reformasi kukus methanol untuk menghasilkan hidrogen biasanya melibatkan empat reaksi di dalam tiga reaktor, yaitu dekomposisi metanol (1) dan/atau reformasi kukus metanol (2), reaksi pergeseran gas air (3), dan oksidasi selektif CO (4).

CH3OH(g) àCO(g) + 2H2(g)
ΔHo = 90,64 kJ/mol (1)
CH3OH(g) + H2O(g) àCO2(g) + 3H2(g)
ΔHo = 49,47 kJ/mol (2)
CO(g) + H2O(g) à CO2(g) + H2(g)
ΔHo = - 41,17 kJ/mol (3)
CO(g) + ½O2(g) à CO2(g)
ΔHo = - 28,3 kJ/mol (4)

Saat ini terdapat kecenderungan pengembangan sel bahan bakar yang menggunakan hidrokarbon cair sebagai sumber gas hidrogen.Salah satu hidrokarbon cair yang dapat digunakan sebagai sumber hidrogen adalah metanol.Melalui reaksi terkatalisis pada suhu tidak terlalu tinggi (200 – 400oC), metanol dapat diubah menjadi gas yang kaya dengan hidrogen.Kelebihan lainnya, methanol mudah diperoleh dan dapat dihasilkan dari sumber terbarukan.

Proses produksi gas hidrogen secara langsung dari hidrokarbon cair harus memenuhi beberapa syarat agar dapat diterapkan pada sel bahan bakar. Proses tersebut harus efisien, praktis, dan gas yang dihasilkannya mengandung CO sangat rendah. Pada konsentrasi beberapa ppm gas CO dapat meracuni sel bahan bakar dengan mendeaktifkan katalis (terutama Pt) pada anoda.2 Hidrogen dapat diperoleh secara langsung dari metanol melalui tiga proses yaitu dekomposisi metanol, oksidasi parsial metanol dan reformasi kukus metanol. Proses dekomposisi metanol dan oksidasi parsial metanol menghasilkan produk samping gas CO. Reformasi kukus metanol menjadi alternatif terbaik untuk sintesis gas hidrogen dari metanol. Reaksi ini menghasilkan gas H2/CO2 dengan rasio mol 3:1 dan tidak menghasilkan gas CO pada suhu reaksi di bawah 300oC. Dengan demikian, reformasi kukus metanol menjadi proses yang cocok untuk produksi hidrogen secara langsung pada sel bahan bakar pada kendaraan.

Pada tingkat hasil yang telah dicapai saat ini, pengkonversian metanol menjadi hydrogen telah memberikan hasil yang menjanjikan.Namun, penelitian lanjutan masih perlu dilakukan untuk mendapatkan rasio logam aktif dengan logam paduan yang menghasilkan katalis yang memiliki keaktivan dan stabilitas yang tinggi. Katalis-katalis crackingprocess yaitu: Pd, Pt, Rh, Ru, Ir, Re, Ni, W, Cu, sangat aktif dan selektif digunakan dalam reaksi steam reforming methanol. Logam-logam ini dipadukan dengan ZnO dan penyangga -Al2O3 untuk memperoleh keaktifan yang lebih tinggi.

Namun, Pd, Pt, Rh, Ru, Ir, Re, Ni, dan W merupakan metal yang mahal sehingga penggunaan dalam skala komersial kurang menguntungkan. Pengaruh dari rasio logamlogam tersebut terhadap selektivitas juga belum banyak dipelajari (Amphlett dkk., 1988; Agrell dkk., 2001).
Persoalan ini dapat dipecahkan dengan memodifikasi kadar Cu dengan ZnO serta menggunakan penyangga seperti Al2O3. Jung dan Joo (2002) menyarankan agar Cu dan ZnO diberikan dalam jumlah yang proporsional sehingga dapat memberikan konversi metanol dan selektivitas hydrogen yang memuaskan.Selain itu, perlu diatur rasio steam/metanol dalam umpan untuk mendapatkan produk yang maksimum (Amphlett dkk., 1988).

Penggunaan Al2O3 selain dapat menebarkan fasa aktif juga berfunggsi sebagai washcoating ketika katalis digunakan pada suhu tinggi untuk transportasi. Dengan demikian dapat diyakini bahwa katalis Cu/ZnO/Al2O3akan menjadi katalis steam reforming metanol untuk memproduksi hidrogen sebagai energi alternatif masa depan.

Sintesis Katalis dan Pengujiannya terhadap Sintesis Hidrogen

Katalis yang digunakan dari penelitian-penelitian ini adalah Cu/Zn/Al2O3. Pada sintesis katalis, penelitian pertama membuat dua jenis katalis dengan perbandingan mol atom Cu:Zn:Al yang berbeda menggunakan metode kopresipitasi dari larutan Cu(II), Zn(II) dan Al(III) nitrat yang diendapkan dengan menambahkan larutan natrium karbonat. Kemudian endapan dicuci, dikeringkan dan dikalsinasi.Hasil menunjukkan keaktifan katalis yang cukup tinggi pada reaksi reformasi kukus metanol.

Pada penelitian kedua menggunakan tembaga zink oksida berpenyangga alumina dengan melakukan impregnasi pada Al2O3, pengeringan dan kalsinasi untuk dikeringan lebih lanjut, dan dilakukan reduksi untuk mendapat luas permukaan yang baik.Konsentrasi Cu dalam katalis divariasikan jumlahnya.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi Cu, konversi metanol juga semakin tinggi.


Kesimpulan

Pada penelitian pertama, dua katalis Cu/ZnO/Al2O3, dengan perbandingan mol Cu:Zn:Al yang berbeda menunjukkan keaktifan yang cukup tinggi pada reaksi reformasi kukus metanol pada tekanan atmosfer dan suhu di atas 250oC.
Pada penelitian kedua dengan memvariasikan konsentrasi Cu, didapat bahwa semakin besar konsentrasi Cu, maka konversi metanol semakin tinggi.
Daftar Pustaka

Husin, Husni dan Yanna S. 2010.
Pembuatan Katalis Cu/ZnO/Al2O3 untuk Proses Steam Reforming Metanol menjadi Hidrogen sebagai Bahan Bakar Alternatif. Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
Marsih, I Nyoman, dkk. 2006. Sintesis
Hidrogen dari Metanol dengan Katalis Cu/ZnO/Al2O3. Institut Teknologi Bandung.




HIDROGEN PROTON EXCHANGE MEMBRANE FUEL CELL (PEMFC) DAN SEDIMENT MICROBIAL FUEL CELL (SMFC)


Adi Prayoga 1112096000050
Mahasiswa Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412
Abstrak

Elektrolisis metanol yang menggunakan Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC) merupakan proses reverse-fuelcell yang menghasilkan hidrogen sebagai bahan bakar. Salah satu komponen paling penting yang mendukung efisiensi sel bahan bakar adalah elektrokatalis.Katalis digunakan untuk mempercepat reaksi hidrogen dan oksigen Analisa katalis dilakukan dengan menggunakan Cyclic Voltammogram (CV) yang mampu membedakan reaktifitas katalis pada kondisi dibawah nitrogen dan oksigen dan diketahui bahwa reaktifitas katalis sintesa lebih tinggi dibandingkan katalis komersial pada kondisi dibawah oksigen (O2).Desain elektroliser untuk produksi hidrogen dengan menggunakan PEMFC pun telah ditentukan dengan mengacu pada konsep elektroliser yang menggunakan tekanan tinggi pada inlet masuk sehingga diperoleh tekanan yang lebih tinggi pada inlet keluar.Sediment microbial fuel cell (SMFC) merupakan salah satu bentuk dari biological fuel cell dan turunan dari microbial fuel cell (MFC) yang dapat mengubah bahan organik kompleks pada sedimen untuk menghasilkan electron. Beberapa tahapan penelitian yang dilakukan meliputi karakterisasi sampel sedimen laut, pembuatan rangkaian MFC, pengukuran arus listrik, karakterisasi substrat MFC, dan isolasi, karakterisasi, serta identifikasi bakteri. Karakteristik sedimen laut Teluk Jakarta yang digunakan memiliki bentuk tekstur silty clay loam, kandungan karbon organik sebesar 2,19 %, nitrogen total 0,19 %, dan fosfor 128 ppm. Arus listrik yang dihasilkan SMFC dengan menggunakan resistor tetap bernilai 820 Ω ± 5 % mencapai puncak produksi pada hari ke-21 dengan nilai sebesar 139,51 mA/m2 dan keadaan substrat SMFC berupa kandungan karbon organik sebesar 1,88%, nitrogen total 0,15%, dan fosfor 88 ppm. Adapun hasil isolasi bakteri pada anoda SMFC didapatkan tiga jenis isolat, yang diduga adalah Aeromonashydrophila, Acinetobacter sp., dan Bacillus marinu.



PENDAHULUAN

Energi alternatif yang telah menjadi suatu kebutuhan pokok pada perkembangan ekonomi, merupakan hal yang harus ditelaah mulai dari proses produksinya hingga penyimpanannya. Proses produksi yang menghasilkan pula gas karbondioksida (CO2) telah banyak ditinggalkan negara maju. Dalam laporan Tokyo Gas Co pada tahun 2009, jika proses produksi minyak bumi dianggap 100% mengeluarkan CO2, maka produksi gasoline, LPG, CNG dan gas hydrogen berturut-turut adalah 98, 74, 60 dan 44%. Maka dapat terlihat bahwa walaupun gas hidrogen sebagai energi sekunder (harus diproses dari sumber lain) dalam proses produksinya sudah menekan CO2 demikian signifikan dibandingkan dengan pengolahan minyak bumi. Melihat hal tersebut penggunaan hidrogen sebagai sumber energy baru adalah hal yang mutlak.Penerapan teknologi energi terbarukan sangat penting untuk mengurangi ketergantungan kita pada bahan bakar minyak (BBM) dan mengurangi emisi CO2 untuk memperlambat laju pemanasan global. Di masa depan, hidrogen diharapkan banyak diproduksi sebagai bahan bakar transportasi yang tidak menyumbang pemanasan global. sebagai salah satu energi alternative yang paling menarik, hydrogen digunakan dalam fuel cell untuk menghasilkan listrik atau langsung di internal pembakaran motor. Fuel cell menghasilkan listrik dan air dari reaksi antara hidrogen dan oksigen.Reaksi ini terjadi tanpa pembakaran.Secara khusus, polimer elektrolit sel bahan bakar membran (PEMFCs) telah dikembangkan sebagai alternatif yang menjanjikan untuk konversi energi digunakan untuk aplikasi mobile dan stasioner karena kompatibilitas lingkungan mereka dan efisiensi energi tinggi.Salah satu komponen yang paling penting yang mendukung efisiensi bahan bakar sel adalah elektrokatalis.katalis digunakan untuk mempercepat reaksi hydrogen dan oksigen untuk membentuk air karena laju reaksi ini sangat lambat pada kondisi normal. Logam mulia, terutama platina (Pt), digunakan untuk electrocatalysts.

Produksi Hidrogen

Hidrogen merupakan unsur paling melimpah di alam semesta, dan nomor tiga terbanyak di permukaan bumi. Tetapi gas hidrogen murni hampir tidak ada di permukaan bumi, karena gas hidrogen bereaksi dengan unsur lain membentuk persenyawaan yang lebih stabil. Kelimpahan persenyawaan hydrogen dalam bentuk air dan bahan bakar fosil, relative tak terbatas jumlahnya.Karena hidrogen murni hampir tidak ada, maka hidrogen tidak bisa disebut sebagai sumber energi, tetapi sebagai energy carrier seperti halnya dengan listrik.Energy carrier merupakan media yang praktis untuk menyimpan, mentransfer, maupun menggunakan energi.Sebagai energy carrier, hidrogen harus mudah disimpan, mudah digunakan, dan mudah dikonversi menjadi berbagai bentuk energi.Hidrogen alam tidak ada di permukaan bumi, sehingga hidrogen harus dibuat.Pada prinsipnya, hidrogen bisa diperoleh dengan memecah senyawa yang paling banyak mengandung unsur hidrogen. Sampai saat ini, produksi hidrogen skala komersial yang paling maju adalah produksi hidrogen berbasis bahan
bakar fosil dan air. Untuk produksi hydrogen dengan bahan baku bahan bakar fosil, steamreforming metana merupakan proses yang paling maju di dunia. Lebih dari 85% kebutuhan hidrogen dunia dipasok dengan sistem produksi steam reforming metana. Produksi hidrogen dengan bahan baku air yang sudah komersial adalah proses elektrolisis. Sayangnya, karena proses elektrolisis membutuhkan listrik dalam jumlah besar sebagai pemicu terjadinya reaksi, sehingga proses ini memberikan efisiensi termal total yang relatif rendah. Proses elektrolisis hanya bisa ekonomis jika tersedia listrik dalam jumlah besar dengan harga murah. Meskipun proses steam reforming sampai saat ini masih mendominasi, tetapi dimungkinkan akan tergeser oleh proses berbahan baku air, karena beberapa alasan:

Gas alam bukanlah bahan terbarukan sehingga ada batas keekonmian tertentu yang memungkinkan sebagai bahan baku, sementara air sebagai bahan baku relative melimpah dan terbarukan.
Harga gas alam sebagai komoditi energy juga terus meningkat.
Tuntutan lingkungan, mengingat produksi berbasis bahan bakar fosil akan mengemisi CO2 dalam jumlah cukup besar.

Peran Energi Nuklir

Selama ini industri nuklir berasumsi bahwa listrik merupakan energy carrier utama, sehingga listriklah produk utama reaktor nuklir sejak beroperasinya reaktor nuklir pertama di dunia. Di masa depan, asumsi ini boleh jadi tidak sepenuhnya benar, karena berbagai kajian terbaru menyatakan bahwa hidrogen bias menjadi energy carrier terbesar pada era tahun 2050-an. Jika industri nuklir ingin menjadi sumber energi masa depan, industri nuklir harus mengantisipasi kemungkinan menjadikan hidrogen sebagai salah satu produk utama reaktor nuklir. Konsep aplikasi energi nuklir sebagai sumber energi bagi industri telah dikaji lebih dari 50 tahun.Panas produk reaksi fisi nuklir yang dihasilkan reaktor daya, dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi panas untuk kebutuhan industri.Berbagai litbang telah dilakukan, dan beberapa diantaranya sudah mencapai tahap komersial terutama untuk aplikasi reaktor nuklir suhu rendah (kurang dari 300oC). Aplikasi suhu rendah yang sudah beroperasi diantaranya adalah proses desalinasi dan district heating di negara-negara dengan musim dingin panjang. Aplikasi reaktor nuklir suhu medium (500-600oC) juga terus dikembangkan di negaranegara maju seperti aplikasi panas reactor pembiak cepat untuk pencairan batubara proses langsung di Rusia. Untuk aplikasi panas nuklir suhu tinggi, reaktor suhu tinggi berpendingin gas (HTGR) yang beroperasi pada suhu tinggi (~1000oC) diperkirakan merupakan jenis reaktor yang sangat potensial menyumbangkan produksi energinya untuk kebutuhan industri. Contoh aplikasi panas nuklir suhu tinggi antara lain: gasifikasi batubara, produksi hydrogen. Dari sisi ketersediaan sebagai sumber energi, bahan bakar nuklir diperkirakan akan mampu memasok energi untuk kebutuhan antara 50-100 tahun, jika diasumsikan daur bahan bakar nuklir sekali pakai (once through) yang dipakai. Jika dimanfaatkan model daur dengan olah ulang, atau sistem reactor pembiak, energi nuklir bisa dipakai untuk masa yang relatif tak terbatas.Disamping itu, energi nuklir merupakan sumber energi yang tidak mengemisi CO2 ke lingkungan.

Produksi Hidrogen dengan Energi Nuklir

Produksi hidrogen dengan memanfaatkan energi nuklir sebagai sumber energi akan menguntungkan dari sisi pengurangan penggunaan bahan bakar fosil, yang berimplikasi langsung pada pengurangan lajuemisi CO2 ke lingkungan. Sebagai gambaran,proses steam reforming gas alam dengan panasnuklir, akan menghemat pembakaran gas alamsebagai sumber energi panas. Kebutuhan gasalam pada proses sebatas sebagai bahan baku,sedang kebutuhan energi panas yang secarakonvensional dilakukan dengan membakar gasalam, dapat dikurangi dalam jumlah yang cukupsignifikan.Dalam makalah ini akan dibandingkan 2proses produksi hidrogen yang sudah komersialyaitu steam reforming dan elektrolisis, jikaproses tersebut dijalankan dengan energi nuklirsebagai sumber energi. Pada setiap proses,input yang dibutuhkan adalah bahan baku danenergi nuklir, dengan output hidrogen danproduk samping, serta kehilangan energy. Efisiensitermal proses produksi didifinisikan sebagainilai kalor hidrogen yang dihasilkan dibagidengan total energi yang dibutuhkan untukmemproduksi hidrogen. Energi yangdibutuhkan dalam proses dapat berupa panas,maupun kerja.

PROSES ELEKTROLISIS

Elektrolisis adalah suatu proses penguraian molekul air (H2O) menjadi hidrogen(H2) dan oksigen (O2) dengan energi pemicu reaksi berupa energi listrik. Proses ini dapat berlangsung ketika 2 buah elektroda ditempatkan dalam air dan arus searah dilewatkan diantara 2 elektroda tersebut. Hidrogen terbentuk pada katoda, sementara oksigen pada anoda. Selama ini elektrolisis dikenal sebagai produksi hidrogen dari air yang paling efektif dengan tingkat kemurnian tinggi,
tapi terbatas untuk skala kecil. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

Katoda :2H2O + 2e− → H2+ 2OH −

Anoda :2OH − → O2+ H2O + 2e−

Total Reaksi :2 H2O → H2+ O2

Besarnya energi bebas standar, entalpi, dan entropy masing-masing adalah ΔG = 1,23 V, ΔH = 285,85 kJ/mol, dan ΔS = 70,08 J/kmol. Energi bebas sebesar 1,23 V merupakan tegangan bolak balik yang menyatakan tegangan minimal yang diperlukan untuk dapat berlangsungnya reaksi. Total energi (ΔH) yang diperlukan agar reaksi dapat berlangsung dapat dipasok dengan energi listrik, energi panas, atau gabungan keduanya. Menurut termodinamika, ΔH bisa diperoleh dengan rumus ΔG = ΔH - TΔS, dan karena ΔS positif maka kerja yangdiperlukan dari energy listrik (ΔG) dapatditurunkan dengan mengoperasikan proses pada suhu yang lebih tinggi. Kondisi Operasi Proses Elektrolisisditunjukkan hubungan antara suhu operasi proses elektrolisis dengan potensial listrik, semakin tinggi suhu operasi elektrolisis akan semakin kecil energi listrik yang dibutuhkan. Keterbatasan teknologi suhu tinggi menyebabkan proses elektrolisis yang mula-mula dikembangkan beroperasi pada suhu tidak terlalu tinggi (kurang dari 100oC), sehingga proses elektrolisis yang sudah komersial saat ini adalah proses dengan suhu rendah. Efisiensi termal proses elektrolisis biasanya sekitar 75%, tapi karena efisiensi termal konversi panas ke listrik sangat rendah, sehingga total efisiensi proses ini menjadi sangat rendah hanya sekitar 25%. Maksimum efisiensi termal yang dimungkinkan adalah 45% jika digunakan sistem dengan efisiensi sel yang tinggi (90%) dan sumber listrik energi nuklir suhu tinggi yang memanfaatkan turbin gas sebagai perangkat konversi listrik. Dengan tingkat efisiensi termal produksi listrik 50%, maksimum efisiensi termal proses elektrolisis dengan energi nuklir adalah 45%.

Microbial fuel cell (MFC)

Microbial fuel cell (MFC) dikenal sebagai teknologi yang dapat menghasilkan energy listrik melalui proses degradasi bahan organic oleh mikroorganisme melalui reaksi katalitik atau melalui mekanisme sistem bioelektrokimia dari mikroorganisme (Logan 2008). Berbagai mikroorganisme berperan dalam MFC, mulai dari yang bersifat aerob, anaerob fakultatif maupun anaerob obligat (Kim et al. 2006). MFC mempunyai berbagai kelebihan dibandingkan dengan teknologi yang menghasilkan energi dari sumber biomasa lainnya, diantaranya memiliki tingkat esiensi yang tinggi, kondisi operasi yang lunak, tidak dibutuhkannya energi input, dan dapat diaplikasikan pada berbagai tempat yang memiliki infrastruktur listrik yang kurang (Rabaey dan Verstraete 2005). Kajian pada bidang perikanan MFC telah dikembangkan sebagai teknologidalam pengolahan limbah hasil perikanan (Youet al. 2010) dan mengurangi tingkat pencemaranlingkungan perairan (Oh et al. 2010).Sediment microbial fuel cell (SMFC)merupakan salah satu model dari MFC (Hong etal. 2009a).SMFC memanfaatkan mikroorganismeyang terdapat pada sedimen untuk mendegradasibahan organik (Chae et al. 2009; Pant et al. 2010).Berbagai jenis sedimen telah dicobakan dalampengembangan SMFC ini, antara lain sedimenestuaria dari dekat Pantai Raritan USA dansedimen rawa asin dari Tuckerton USA (Reimerset al. 2001), sedimen Danau Ilgam Seoul (Honget al. 2008), sedimen Sungai Gongji (Hong etal. 2009a), sedimen Danau Sihwa (Hong et al.2009b), sedimen Danau Hussain Sagar Hyderabaddan sedimen Sungai Uppal Hyderabad (Mohan etal. 2009), serta sedimen laut Pelabuhan Boston(Holmes et al. 2004).Hasil identi kasi berbagai mikroorganismeyang banyak ditemukan pada SMFC sedimenlaut, diantaranya Geobacter chapelleii,Desulfuromonas acetoxidans, dan Geothrixfermentens (Holmes et al. 2004). Mikroorganismetersebut dapat mengoksidasi bahan organickompleks pada sedimen dan menghasilkan elektron yang dapat dimanfaatkan sebagai sumberenergi listrik akibat beda potensial yang terjadi.Elektron tersebut mengalir dari bagian anoda kekatoda dan bereaksi dengan oksigen membentukair pada katoda (Lovley 2006).Bagian utama rangkaian SMFC umumnyaterdiri atas anoda, katoda dan peralatan elektronik(Logan et al. 2006). Berbagai bahan anoda yangtelah dicobakan pada MFC adalah perak (Liu danMattiasson 2002), stainless steel (Dumas et al.2007), dan platina (Schroder 2007), namun SMFCumumnya menggunakan karbon sebagai bahananoda, karena cocok untuk pertumbuhan bakteri,mudah dihubungkan dengan kabel dan harganyayang relatif murah (Logan 2008; Scott et al. 2008).Posisi anoda biasanya ditanam dalam sedimen,selanjutnya memanfaatkan mikroorganisme yangterdapat di dalamnya.Secara umum, sedimen laut diketahui memilikiperanan yang besar sebagai sumber bahan organicbagi berbagai kehidupan vegetasi laut (Pancostdan Boot 2004).Selain itu, sedimen laut berpotensimenghasilkan senyawa kimia baru yang memilikiberbagai aktivitas biologis (Mead et al. 2005).Rochelle et al. (1994) bahkan menyatakan bahwasedimen laut memiliki peranan penting dalamsiklus karbon dan nutrien bagi kehidupan di dunia.Berdasarkan penelitian Ryckelyck et al. (2005)dan Hong et al. (2009a), sedimen laut mengandungberbagai macam unsur bahan organik yang tinggidan kompleks dengan kandungan mencapai 0,5-20% berat kering. Selanjutnya Mucci et al. (2000)melaporkan bahwa sedimen laut pada kedalaman1 m memiliki kandungan karbon organik sebesar4,69%, fosfor 38 ppm, dan arsenik 29 mmol/gram.Potensi yang besar akan kandungan bahanorganik pada sedimen perairan laut di Indonesiayang beriklim tropis (Baumgarta et al. 2010),menjadikan pengembangan SMFC laut tropis salahsatu alternatif teknologi yang menjanjikan, selainitu diharapkan dengan teknologi ini permasalahanpencemaran perairan dapat juga diatasi, sepertilogam berat (Fe, Mn, Zn, Cu, Pb, Cr, Ni, V, and As),komponen organotin compounds (OTs), tributyltin(TBT), dan monobutyltin (MBT) untuk perairanpesisir (Williams et al. 2000). Berbagai bentukdan struktur geologi perairan Indonesia, keadaanoceanogra, keanekaragaman organisme, tingkatpolutan, dan sebagainya yang ada pada masingmasingkawasan perairan Indonesia, memerlukanadanya kajian awal yang tepat untuk menentukankarakteristik terhadap sedimen perairan, modelteknologi SMFC yang digunakan dan bentuk sertajenis mikroorganisme SMFC yang nantinya akandikembangkan.Tujuan dari penelitian ini ialah menentukankarakteristik sedimen laut tropis Indonesia yangberasal dari perairan Teluk Jakarta, menghitungjumlah arus listrik (dalam bentuk konversi currentdensity) yang dapat dihasilkan melalui SMFCserta mengisolasi dan mengidentifikasi bakteripada anoda SMFC yang berasal dari sedimen lautTeluk Jakarta.

HASIL PEMBAHASAN

Pembuatan prototype portable elektrolisa metanol/etanol yang menggunakan metode drier dan umpan balik produk samping yang berupa CO2 pada tangki bahan bakar, serta komponen elektroniknya akan disempurnakan pada tahun akhir kegiatan ini. Dimana penggabungan PEM stack, drier, tangki bahan bakar, perangkat elektronik serta komponen pengatur lainnya akan diletakkan pada satu kotak portable yang akan dihubungkan dengan 1 kW solar cell yang disediakan oleh P.T. Infratech Indonesia. Bahan bakar yang dipakai adalah larutan methanol maupun etanol untuk mendapatkan gas hydrogen lebih besar yang dapat dikontrol dan diatur kandungannya, dan bertekanan tinggi sehingga mudah untuk disimpan. Hidrogen yang dapat disimpan akan sangat berbeda dengan sistim penyimpanan listrik pada baterai, dimana umumnya baterai akan drop jika tidak ada pemakaian secara kontinyu serta discharge baterai tidak diperbolehkan sampai kosong. Kelebihan gas hidrogen yang tersimpan adalah bahwa gas akan bertahan sampai kapan pun serta kapan saja akan digunakan, serta dalam jumlah yang terus-menerus bertambah walau dalam satu tabung penyimpanan. Desain elektroliser telah ditentukan dengan mengacu pada konsep elektroliser yang menggunakan tekanan tinggi pada inlet masuk sehingga mendapatkan tekanan yang lebih tinggi pada inlet yang keluar. Prototipe elektrolisa mencakup berbagai komponen yang bisa didapat di lokal dan stack inti elektroliser menggunakan jenis PEM fuel cell, dengan desain yang ditentukan dan diproduksi di lokal.
 Pada proses steam reforming memilki perbandingan mencakup keuntungan dan kerugian, efisiensi termal, dan perkiraan awal biaya produksi. Bahwa proses steamreforming merupakan proses yang paling murah, bahkan jika proses tersebut mengimplementasikan pemanfaatan energy nuklir sebagai sumber energi panas. Dari aspek keselamatan, proses elektrolisis lebih aman dari paparan radioaktif mengingat energi nuklir yang dibutuhkan adalah dalam bentuk listrik. Sedang pada proses steam reforming, karena energi yang dibutuhkan dalam bentuk panas nuklir yang dibawa oleh pendingin reaktor suhu tinggi, maka pabrik harus berlokasi di dekat reaktor nuklir. Perlu kajian serius terkait dengan kemungkinan aliran kontaminasi radioaktif dari zona nuklir ke zona proses, dan sebaliknya dari zona kimia ke zona nuklir. Dari sisi implementasi proses, elektroisis lebih siap karena yang dibutuhkan hanya listrik untuk menjalankan proses. Sementara untuk proses steam reforming, masih dibutuhkan sejumlah kajian mengingat reaktor suhu tinggi HTGR belum ada yang beroperasi secara komersial. Meskipun begitu, pabrik skala demonstration plant akan segera dioperasikan pada awal dasawarsa 2010 di Jepang dengan memanfaatkan reaktor suhu tinggi skala riset. Jika era energi hidrogen segera masuk, proses elektrolisis dan proses konvensional steam reforming (energi panas bahan bakar fosil) diperkirakan menjadi andalan proses yang paling siap. Peran energi nuklir masih sebatas sebagai penyedia listrik yang murah atau kompetitif untuk menjalankan proses elektrolisis. Kolaborasi pabrik hidrogen dengan operator pembangkit listrik, diharapkan dapat memanfaatkan peak off  beban listrik, sehingga proses elektrolisis dapat diproduksi menggunakan listrik pada harga yang murah. Peran energi nuklir baru akan optimal jika reaktor HTGR telah beroperasi secara komersial sebagai penyedia energi panas untuk proses steam reforming. Disamping itu pemanfaatan reaktor nuklir maju HTGR yang efisiensi termalnya tinggi juga akan meningkatkan efisiensi termal proses elektrolisis.

Produksi Arus pada Sediment Microbial Fuel Cell (SMFC) jumlah arus listrik yang dihasilkan pada hari pertama pengukuran ialah sebesar 89,28 mA/m2, kemudian menurun secara drastis pada hari kedua menjadi 19,53 mA/m2, selanjutnya meningkat dan mencapai puncak pada hari ke- 21, yaitu sebesar 139,51 mA/m2.Tingginya arus listrik yang dihasilkan pada hari pertama, diduga disebabkan adanya akumulasielektron yang telah ada pada sedimen, sedangkan peningkatan jumlah arus listrik dari hari kedua dan seterusnya diduga merupakan hasil dari aktivitas dan jumlah mikroorganisme pada sedimen yang makin meningkat.Penurunan jumlah arus listrik menjelang akhir pengukuran disebabkan bahan organik yang terdapat di sekitar anoda berkurang. Transfer massa pada pembentukan sedimen menjadi faktor pembatas dalam produksi energy menggunakan SMFC ini (Reimers et al. 2001). Kinerja SMFC dipengaruhi oleh kecepatan degradasi substrat, kecepatan transfer elektron dari bakteri ke anoda, transfer proton dalam larutan (Liu et al. 2005), aktivitas mikroorganisme, dan substrat yang digunakan (Chauduri dan Lovley 2003), selain itu, jenis bahan dan struktur anoda berdampak pada penempelan mikroorganisme, transfer elektron, dan pada beberapa kasus, oksidasi substrat (Watanabe 2008).Berdasarkan kondisi yang ada, produksi arus listrik yang dihasilkan termasuk tinggi, hal ini diduga disebabkan dari sumber sedimen yang digunakan, yaitu sedimen laut. Hong et al. (2010)dalam penelitiannya menggunakan sedimen sungai sebagai substrat SMFC melaporkan bahwa arus listrik maksimal yang dihasilkan adalah sebesar 20,2 mA/m2, sedangkan penelitian Holmes et al. (2004) yang menggunakan sedimen laut sebagai substratnya, menghasilkan arus listrik maksimal sebesar 30 mA/m2. Selanjutnya Lowy et al. (2006) mencatat bahwa perairan lautmemiliki konduktivitas listrik sebesar 50,000 S/ cm dibandingkan perairan tawar, yaitu sebesar500 S/cm. Chae et al. (2009) melaporkan bahwa tingginya arus listrik yang dihasilkan diduga juga sangat dipengaruhi oleh karakteristik substrat dan jumlah bahan organik yang terdapat padasedimen serta jenis mikroorganisme dominan dalam SMFC, hal ini diperkuat juga oleh Holmeset al. (2004) yang mencatat bahwa sedimen perairan tawar didominasi oleh bakteri dari familyGeobacteraceae, sedangkan sedimen laut oleh bakteri Desulfobulbaceae.

Substrat sedimen SMFC secara visual mengalami perubahan warna, yaitu dari hijau kehitaman menjadi coklat muda.Warna hitam umumnya diduga mengindikasikan jumlah bahan organic pada sedimen lebih tinggi dibandingkan dengan sedimen yang bewarna coklat (Voroney 2007).Jumlah bahan organik pada sedimen mengalami penurunan setelah digunakan sebagai substrat SMFC. Perubahan kandungan bahan organik, meliputi penurunan kadar karbon, nitrogen, dan fosfor serta peningkatan nilai pH, hal ini menunjukkan kecepatan transfer proton (H+) dari sedimen ke air laut lebih cepat dibandingkan pembentukan proton pada sedimen.Hasil isolasi pada media APW (alkaline peptone water) padat diperoleh 3 (tiga) kolonibakteri yang dapat hidup selama proses isolasi(dapat dikulturkan), yaitu isolat m2, m5, dan m6. Hasil karakterisasi ketiga isolat denganmenggunakan Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology, 9th Ed (Holt et al. 1994) diperolehbahwa bakteri isolat m2 diduga termasuk dalamkategori bakteri Grup 5, yaitu bakteri Gramnegatif berbentuk batang yang bersifat fakultatif anaerobik dan diduga termasuk dalam genus bakteri Aeromonas sp. Isolat m5 diduga termasukdalam kategori bakteri Grup 4, yaitu bakteriGram negatif berbentuk batang dan kokus yangdapat tumbuh pada kondisi aerob dan beberapaanggotanya bersifat mikroaerolik dan diduga termasuk dalam genus bakteri Acinetobacter sp., sedangkan isolat m6 diduga termasuk dalam kategori bakteri Grup 18, yaitu bakteri endospore Gram positif berbentuk batang dan diduga termasuk dalam genus bakteri Bacillus sp. Identikasi dengan menggunakan GN-IDIdentication memperlihatkan bahwa untuk isolate m2, nilai positif diperoleh pada hasil uji oksidase, nitrat, H2S, glukosa, ONPG, indol, sitrat, TDA, gelatin, malonat, sorbitol, dan sukrosa. Database software Microbact 2000 memperlihatkan bahwa pada isolat m2 dapat dinyatakan sebagai bakteri Aeromonas hydrophila dengan presentase sebesar 97,45%, selanjutnya untuk isolat m5 memperlihatkan bahwa nilai positif diperoleh pada hasil uji katalase, H2S, glukosa, indole, sitrat, TDA, gelatin, malonat, dan arginin, hasil uji tersebut masih belum mencukupi data untuk memberikan dugaan terhadap spesies yang ada, sehingga masih diperlukan uji lanjut yang lebih memadai. Isolat m6 memperlihatkan bahwa hasil pengujian bernilai positif pada uji oksidase, katalase, nitrat, glukosa, manitol, ONPG, urease, V-P, sitrat, TDA gelatin, malonat, sorbitol, salisin, dan arginin, hasil uji ini juga masih belum mencukupi data untuk memberikan dugaan terhadap spesies yang ada, namun dengan menggunakan telaah yang terdapat dalam Bergey’s Manual of DeterminativeBacteriology, 9th Ed (Holt et al. 1994) dan hasil penelitian Rüger et al. (2000), dugaan isolat m6 mirip dengan Bacillus marinus, DSM 1297T.

KESIMPULAN

Metode ITPIS efektif menghasilkan struktur katalis yang merata dan tidak menumpuk sehingga saat diaplikasikan dalam MEA untuk fuel cell Platina akan semakin reaktif dan bereaksi secara optimum karena tidak tertutup oleh polimer
Peralatan penampung metanol, pengering yang berupa molekular sieve dan zeolite, berbagai ukuran valve dan sebagainya dihasilkan akan menempelkan single fuel cell stack yang kemudian akan dihasilkan hydrogen
Efisiensi termal proses steam reforming jauh lebih tinggi daripada proses elektrolisis, sehingga perkiraan biaya produksi hydrogen juga jauh lebih murah
Proses elektrolisis dan steam reforming konvensional yang akan memainkan peran utama sebagai proses produksi hidrogen.
Proses elektrolisis menguntungkan dari sisi ketersediaan bahan baku yang melimpah, dan dari sisi emisi gas CO2 yang relative kecil. Proses elektrolisis juga potensial untuk produksi skala kecil pada daerah terpencil, ketika pasokan hydrogen terkendala proses penyimpanan dan atau transportasi.
Aplikasi energi nuklir pada proses steam reforming menguntungkan dari sisipenghematan pembakaran bahan bakar fosil,yang berimplikasi pada pengurangan lajuemisi CO2.
Karena beroperasi pada suhu tinggi, HTGR menjanjikan efisiensi termal produksi listrik yang tinggi. Pemanfaatan listrik HTGR dengan proses elektrolisis akan meningkatkan efisiensi termal proses elektrolisis.
Teluk Jakarta dapat menghasilkan arus listrikyang  dihasilkan dari bakteri pada anoda SMFC dengan ciri-ciri yang diduga mendekati antara lain spesies Aeromonashydrophila, Acinetobacter sp., dan Bacillus marinus.

DAFTAR PUSTAKA

Baumgart A, Jennerjahn T, Mohtadi M, Hebbeln D. 2010. Distribution and burial of organic carbon in sediments from the Indian Ocean upwelling region of Java and Sumatra, Indonesia. Deep Sea ResearchPart I: Oceanographic Research Papers 57 (3): 458-467.
Chae KJ, Choi MJ, Lee JW, Kim KY, Kim IS. 2009. Effect of different substrates on the performance, bacterial diversity, and bacterial viability in microbial fuel cells. Bioresource Technology 100 (14):3518-3525.
Chaudhuri SK, Lovley DR. 2003. Electricity generation by direct oxidation of glucose in mediatorless microbial fuel cell. Nature Biotechnology 21:1229- 1232.
Dumas C, Mollica A, Feron D, Baseguy R, Etcheverry L, Bergel A. 2007. Marine microbial fuel cell : use of stainless steel electrodes as anode and cathode materials. Electrochimica Acta 53 (2):468-473.
CROSBIE, L. M., 2003, CHAPIN, D., “Hydrogen Production by Nuclear Heat, GENES4/ ANP2003”, Sep. 15-19, 2003 , Kyoto, JAPAN
US-DOE, 2002, “National Hydrogen Energy Roadmap”, National Hydrogen Energy Roadmap Workshop, Washington DC.
CHARLES, W. F., 2002, “Hydrogen, electricity, and nuclear power”, Nuclear News, Sept.
IAEA-TECDOC 1085, 1999, “Hydrogen as an Energy Carrier and Its Production by Nuclear Power”, IAEA Publication, Vienna.
SATO, S, 1979, Thermochemical Hydrogen Production, in Solar-hydrogen Energy system, (ed.) T. Ohta, Pergamon Press,Oxford.
ATTILIO, B., and SHARON, B., 1995, Encyclopedia of Energy Technology and theEnvironment, Volume 3, John Wiley & Sons, Inc., New York.
WALTER, L., WADE, S., LEWIS, D., 2002,“Transition to a Nuclear/Hydrogen Energy System”, World Nuclear Association Annual Symposium, London.
FUJIMOTO, N., SAIKUSA, A., HADA, K., SUDO, Y., 1992, “Safety Analysis and Considerations for HTTR Steam Reforming Hydrogen/Methanol Co-production System”, Technical Committee Meeting on High Temperature Application of Nuclear Energy, Oarai, Japan.
FUJIMOTO, N., FUJIKAWA, S., HAYASHI, H., NAKAZAWA, T., IYOKU, T., KAWASAKI, K., 2005, “Present Status of HTTR Project, Achievement of 950C of Reactor Outlet Cooolant Temperature”, GTHTR300C for Hydrogehn Cogeneration, OECD/NEA 3rd Information Exchange Meeting on the Nuclear Production of Hydrogen, Oarai.
MASAO, H., SHIOZAWA, S., 2005, “Research and Development for nuclear production of hydrogen in Japan”,OECD/NEA 3rd Information Exchange Meeting on the Nuclear Production of Hydrogen, Oarai.

 


KEMAJUAN PENELITIAN DI LiBH4 UNTUK PENYIMPANAN HIDROGEN

Mia Adha 1112096000051
Mahasiswi Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jl. Ir. Juanda No. 95 Ciputat 15412
adhamhya@gmail.com


Abstrak

Hidrogen dianggap sebagai calon yang ideal sebagai pembawa energi untuk aplikasi mobile dan stasioner .Namun, kurangnya teknologi penyimpanan hidrogen onboard yang efisien menjadi salah satu kendala besar yang menghambat aplikasi industri mereka.Borohidrida Lithium (LiBH4) telah menarik banyak perhatian sebagai bahan penyimpanan hidrogen dengan kapasitas hidrogen gravimetri tinggi. Ini naskah tentang LiBH4 mencakup sintesis, hidrolisis, struktur, dinamika, senyawa antara, dan de/rehydrogenation sifat perbaikan LiBH4. LiBH4 dapat disintesis dengan beberapa metode , misalnya , sintesis langsung dari unsur-unsur . Dalam hidrolisis LiBH4 dengan pembebasan gas hidrogen , produk sampingan akan berbeda dalam kondisi yang berbeda . Secara struktural, LiBH4 memiliki empat fase yang berbeda dalam percobaan : Pnma, P63mc, Ama2 dan Fm - 3m. Dinamis , suhu ( HT ) fase tinggi LiBH4 adalah lithium -ion konduktor cepat . Dalam reaksi desorpsi hidrogen dari LiBH4 , Li2B12H12 antara senyawa antara yang mungkin dipelajari paling . Beberapa metode telah diusulkan untuk meningkatkan de/rehydrogenation sifat LiBH4 .Metode pertama adalah "destabilisasi" dari LiBH4 tersebut. Yang kedua adalah penggunaan katalis . Yang ketiga adalah nanoscaffolding penggabungan . De/rehydrogenation sifat LiBH4 telah berubah jauh melalui upaya-upaya besar peneliti dalam beberapa tahun terakhir.

Kata Kunci : LiBH4, Penyimpanan Hidrogen

Abstract

Hydrogen is considered as the ideal candidate as an energy carrier for both mobile and stationary applications. However, the lack of efficient onboard hydrogen storage technology is becoming one of great obstacles impeding their industrial applications. Lithium borohydride (LiBH4) has been attracting a great deal of attention as a hydrogen storage material with high gravimetric hydrogen capacity. This manuscript about LiBH4 includes the synthesis, hydrolysis, structure, dynamics, intermediate compound, and the de/rehydrogenation properties improvement of LiBH4. LiBH4 can be synthesized by several methods, for example, direct synthesis from elements. In the hydrolysis of LiBH4 with the liberation of hydrogen gas, the byproduct will be different under different conditions. Structurally, LiBH4 has four different phases in experiment: Pnma, P63mc, Ama2 and Fm-3m. Dynamically, the high temperature (HT) phase of LiBH4 is a lithium fast-ion conductor. In the hydrogen desorption reaction of LiBH4, Li2B12H12 among the possible intermediate compounds is studied the most. Several methods have been proposed to improve the de/rehydrogenation properties of LiBH4. The first method is “destabilization” of the LiBH4. The second one is the use of catalyst. The third one is nanoscaffolding incorporation. The de/ rehydrogenation properties of LiBH4 have been changed considerably through the great efforts of researchers in recent years.

Keyword : LiBH4, Hydrogen Storage



PENDAHULUAN
           
Yang tak terelakkan habisnya cadangan minyak bumi dan energi tak terbarukan lainnya memerlukan pengembangan sumber energi baru. Hidrogen akan ideal sebagai bahan bakar sintetis karena ringan , sangat berlimpah dan produk oksidasi (air) ramah lingkungan. Sebuah ekonomi hidrogen di masa depan memerlukan padat , aman, efisien dan reversibel bahan penyimpanan hidrogen. Media Solid-state merupakan alternatif menguntungkan untuk penyimpanan reversibel dan aman dibandingkan dengan baik tangki hidrogen cair atau gas hidrogen terkompresi, yang keduanya membutuhkan sejumlah besar energi dan dapat menimbulkan risiko keamanan serius. Selain itu, kapasitas 5,5 wt. % Dianggap sebagai target untuk penyimpanan hidrogen onboard, oleh Departemen Energi AS (DOE) untuk tahun 2015. Berbagai bahan penyimpanan hidrogen, seperti hidrida logam, bahan nanocarbon , hidrida logam kompleks dan kerangka kerja metalorganik (MOFs), telah diselidiki. Di antara bahan-bahan ini , LiBH4 adalah salah satu bahan yang menjanjikan untuk penyimpanan hidrogen karena yang gravimetri tinggi dan volumetrik hidrogen kepadatan 18,5 wt. % Dan 121 kg H2/m3, masing-masing [ 3E7 ]. Dalam tulisan ini , kami meninjau kemajuan terbaru dalam LiBH4, termasuk sintesis, hidrolisis, struktur, dinamika, dan senyawa intermediate LiBH4. The desorpsi hidrogen dari LiBH4 perlu kondisi yang keras. Ada beberapa metode untuk meningkatkan de / rehydrogenation sifat LiBH4 .Metode pertama adalah "destabilisasi" dari LiBH4 tersebut. Sistem dari borohydrides bimetal , LiBH4 dan hidrida, LiBH4 - LiNH2, LiNH2 MgH2 - LiBH4, hidrida dan boride, dan teori kerapatan fungsional (DFT) hasil perhitungan terakhir. Yang kedua adalah penggunaan katalis . Kami meninjau sistem LiBH4 , LiBH4 - MgH2 , LiBH4 dan bahan lainnya dengan penambahan katalis . Yang ketiga adalah nanoengineering untuk membatasi LiBH4 di perancah mesopori atau campuran LiBH4 dengan nanotube dan gel mesopori. Hasil penelitian terbaru juga dikaji .

HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1          Synthesis

LiBH4 adalah seperti garam dan peka terhadap lembab tidak oksigen, yang merupakan bahan kristal dengan titik leleh pada 2750C atau 2780C dan kepadatan 0.681 atau 0,66 g cm3 pada 250C. Pada tahun 1940, Schlesinger et al. disintesis LiBH4 oleh reaksi etil lithium dengan diborane (B2H6).

2.2          Hydrolysis

Hidrolisis didefinisikan sebagai reaksi hidrida dengan air untuk membebaskan gas hidrogen. Aiello et al, mempelajari LiBH4 untuk produksi hidrogen melalui hidrolisis dengan uap, dan menunjukkan bahwa LiBH4 memiliki potensi untuk menjadi senyawa penyimpanan hidrogen berguna. Hidrolisis organik dikombinasikan LiBH4 dan NaBH4 dipelajari oleh Aiello et al. pada tahun 1998.Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan reaksi kurang kekerasan, senyawa ini berhasil untuk menghasilkan hidrogen.Kong dkk, menemukan bahwa LiBH4 tidak bereaksi dengan uap air pada suhu kamar. Hidrolisis LiBH4 tinggi eksotermik dan dapat membuat suhu  bejana reaksi menimbulkan 2020C. Reaksi hidrolisis LiBH4 adalah:

LiBH4 + 4H2O à LiOH + H3BO3 + 4H2 dan

LiBH4 + 2H2O à LiBO2 + 4H2

Hal ini menunjukkan bahwa hasil H2 oleh reaksi hidrolisis LiBH4 dipercepat dengan menambahkan small amount air (H2O / LiBH4 ¼ 0.3e2 mol / mol).  Zhu et al. menemukan bahwa reaksi hidrolisis LiBH4 cepat, tetapi tidak pernah menghasilkan lebih dari 50% dari hasil teoritis karena produk membentuk suatu massa yang solid dan kedap menyumbat bejana reaksi, sehingga membatasi pemanfaatan penuh  dari hidrida.

2.3          Structure

Pada tahun 1947, Harris et al. melaporkan bahwa LiBH4 memiliki orthorhombic structure (grup ruang Pcmn) dengan dimensi sel ¼ 6.81A°, b ¼ 4.43A°, dan c ¼ 7.17A°. Soulie ' et al. melaporkan bahwa LiBH4 memiliki simetri ortorombik ( grup ruang Pnma, sebuah ¼ 7,17858 A°, b ¼ 4,43686 A°, c ¼ 6,80321 A°) oleh synchrotronX difraksi serbuk sinar- pada suhu kamar. Dalam struktur ini masing-masing [ BH4 ]- anion dikelilingi oleh empat lithium Lith kation dan setiap Lith oleh empat [ BH4 ]-, baik dalam konfigurasi tetrahedral. The [ BH4 ]- ion yang sangat terdistorsi dari geometri tetrahedral yang ideal. Pada 408 K struktur Pnma berubah menjadi fase heksagonal (grup ruang P63mc, sebuah ¼ 4.27631A°, c ¼ 6.94844A°). Namun, struktur ini P63mc ditemukan memiliki mode imajiner normal getaran dalam perhitungan teoritis dan struktur monoklin dengan simetri kelompok Cc diusulkan untuk fase suhu tinggi LiBH4 .

Menggunakan perhitungan DFT, Frankcombe dkk.menemukan Struktur Pnma menjadi yang paling stabil dari semua tahapan dianggap untuk tekanan di bawah 1,0 GPa , di atas yang struktur P2/c menjadi lebih stabil. Berdasarkan struktur terkait erat jenis , Vajeeston dkk.  mengusulkan bahwa LiBH4 mungkin memiliki struktur P42/nmc dan P - 421c. Hartman et al. diselidiki struktur kristal dari LiBH4 menggunakan bedak neutron difraksi . Mereka menemukan struktur Pnma dengan hampir ideal tetrahedral [ BH4 ]- ion untuk struktur suhu rendah dan struktur P63mc untuk fase suhu tinggi . itu fase transisi terjadi pada 384 K. Filinchuk dkk. naik hasil yang hampir sama dengan Hartman et al. menggunakan satu kristal sinkrotron difraksi , tetapi fase transisi suhu 381 K.

Filinchuk et al. menemukan bahwa pada suhu kamar dan tekanan 1.2e10 GPa , LiBH4 membentuk sebuah fase baru dengan struktur Ama2 pseudotetragonal. Dimana atom Li yang tetrahedrally dikoordinasikan oleh kelompok BH4 dan kelompok BH4 memiliki sama sekali baru hampir persegi planar koordinasi oleh empat atom Li. Di atas 10 GPa , LiBH4 membentuk fase kubik dengan struktur Fm - 3m . Atom Li dan BH4 kelompok oktahedral dikoordinasikan . Baru-baru ini , berdasarkan pertama-prinsip perhitungan teori fungsional kepadatan , struktur orthogonal stabil baru dengan Pnma simetri ditemukan ( parameter kisi , sebuah ¼ 8,484 A ° , b ¼ 4,348 A ° , c ¼ 5.750 A ° ) . Untuk struktur suhu tinggi , baru monoklinik P2 / c struktur disarankan.

2.4 Dynamics

Untuk memahami mekanisme dehidrogenasi dengan baik, penyelidikan intensif pada dinamika telah dilakukan, termasuk rotasi dan gerakan getaran BH4 tetrahedra, gerakan atom H, Li, dan B ; pertukaran Hed di BH4 unit [ 35,40 E42 , 51e79 ]. Pada suhu rendah (LT) fase LiBH4, gerak reorientational dari kelomok BH4 yang cepat dan mengontrol kisi berputar waktu relaksas. Difraksi dalam tahap HT melaporkan ellipsoids termal besar dari atom D, menunjukkan gangguan orientational dalam fase ini. Pada tahap HT dari LiBH4, gerakan BH4- ion didominasi oleh 900 reorientasi sementara itu menampilkan perilaku tiga kali lipat lonjakan fase LT dari LiBH4. Dalam keadaan padat , difusi melompat rotasi BH4 unit pada skala picosecond. Tahap transisi pada 383 K disertai dengan peningkatan mendadak dari gerak rotasi.Dalam keadaan cair, difusi translasi dari BH4 ion diamati. Koefisien difusi diukur berada dalam 10-5 cm2 s-1 Kisaran pada suhu sekitar 700 K. Lanskap energi potensial untuk rotasi BH4 menunjukkan bahwa cukup lokal minima dan hambatan yang lebih tinggi dari 0,6 eV ada di fase LT, yaitu, memerintahkan BH4 ion. Struktur HT menunjukkan hambatan dangkal w0.2 eV tanpa berbeda energi minimum, yaitu, orientasi BH4 kesatuan tidak dapat tepat didefinisikan.

2.4          Intermediate compound

Pada tingkat pemanasan rendah 0,5 dan 1 K min 1, tiga puncak desorpsi berbeda dari LiBH4 diamati. Hal ini menunjukkan bahwa desorpsi reaksi hidrogen dibagi menjadi setidaknya tiga langkah dengan produk antara.tahapan tersebut  jalur reaksi bersama-sama dengan pembentukan senyawa antara mungkin menjelaskan suhu reaksi tinggi dan kinetika lambat. Perhitungan pertama-prinsip menyarankan bahwa monoklinik Li2B12H12 adalah yang paling stabil di antara kandidat bahan setengah. Pembentukan Li2B12H12 diamati selama desorpsi LiBH4 oleh pengukuran Raman dan spektroskopi NMR .

2.5          Dehydrogenation/rehydrogenation properties improvement of LiBH4

Evolusi utama hidrogen mulai di atas 3800C dan hanya rilis setengah dari hidrogen di bawah 6000C. Entalpi DH dan DS entropi dari dehidrogenasi yang ditemukan 74 kJ mol-1 H2 dan 115 JK ? 1 mol-1H2 , masing-masing, berdasarkan pada tekanan - konsentrasi - suhu ( PCT ) isoterm pengukuran [ 15 ] . Reaksi desorpsi hidrogen LiBH4 adalah reversibel , di mana produk akhir LiH dan boron menyerap hidrogen pada 6000C dan 35 MPa untuk membentuk LiBH4. penyerapan Reaksi membutuhkan waktu yang lama (> 12 jam) dan belum tentu selesai. Kondisi ini terlalu tinggi untuk memenuhi kebutuhan operasi sel bahan bakar .Telah diusulkan beberapa metode untuk meningkatkan de / rehydrogenation sifat LiBH4. Metode pertama berkaitan dengan penambahan logam, logam halida, oksida, amida, atau hidrida logam untuk membentuk komposit atau paduan setelah dehidrogenasi . Pendekatan ini juga disebut sebagai " destabilisasi " dari LiBH4 tersebut. Pendekatan kedua adalah penggunaan katalis.Metode ketiga adalah nanoengineering untuk membatasi LiBH4 di perancah mesopori atau campuran LiBH4 dengan nanotube dan gel mesopori.

KESIMPULAN

Tinjauan ini memberikan kemajuan penelitian di LiBH4 termasuk sintesis, hidrolisis, struktur, dinamika, senyawa antara, dan de/rehydrogenation sifat perbaikan LiBH4. Ada beberapa cara untuk mensintesis LiBH4. Dalam hidrolisis LiBH4 dengan pembebasan gas hidrogen, produk sampingan akan bervariasi dengan proporsi yang berbeda dari LiBH4 dan air serta perubahan suhu. Secara struktural, struktur suhu rendah LiBH4 adalah Pnma, struktur suhu tinggi eksperimental P63mc .Pada suhu kamar dan di bawah tekanan tinggi, LiBH4 bentuk Ama2 dan struktur Fm - 3m. Dinamis, kami menelaah dinamika LiBH4 termasuk rotasi BH4 kelompok, gerakan atom H, Li, dan B, dan Hed tukar dalam BH4 unit. Hal ini ditemukan bahwa LiBH4 exhibites konduktivitas listrik yang tinggi karena superionik konduksi Li dan mungkin penting bagi negara aplikasi baterai lithium padat.Sulit bagi reversibilitas penuh LiBH4. The tahapan jalur reaksi bersama-sama dengan pembentukan senyawa intermediate LiBH4 dalam hidrogenasi dan dehidrogenasi mungkin menjelaskan suhu reaksi tinggi dan kinetika lambat. Salah satu senyawa antara belajar yang paling adalah Li2B12H12 dengan struktur Pa - 3.

Ikatan ionik dan kovalen yang kuat dalam LiBH4 serta konfigurasi ikatan juga meningkatkan energi aktivasi untuk difusi dan menghasilkan hidrogen lambat penyerapan kinetika. Keterbatasan lain untuk aplikasi bisa menjadi pelepasan gas diborane selama dekomposisi yang menyebabkan hilangnya boron. Beberapa metode telah diusulkan untuk meningkatkan sifat penyimpanan hidrogen dari LiBH4 dan ada eksperimen yang cukup.Ia telah menemukan banyak borohydrides bimetal kurang stabil baru, dan campuran reaktif banyak menunjukkan kandungan hidrogen reversibel tinggi dan suhu dari de/rehydrogenation banyak unggul borohydrides murni. Sifat termodinamika dan kinetika LiBH4 telah ditingkatkan dengan nanoscaffolding.Dengan demikian, lanskap lapangan telah berubah selama 5 tahun terakhir.

Namun, banyak tantangan masih terbuka lebar di lapangan dan banyak pekerjaan ini harus dilakukan, seperti mengurangi ukuran butir, mengembangkan sistem baru, mencari dopan dan katalis yang cocok , menemukan perancah nanoporous menguntungkan, membuat lebih Penelitian tentang struktur mekanisme dan kristal yang terlibat dalam penyimpanan hidrogen dan rilis, mengurangi pelepasan gas diborane dan produk samping lainnya, yang dapat berkontribusi untuk aplikasi praktis dari LiBH4 dan lainnya hidrida kompleks.

DAFTAR PUSTAKA

C. Li, P. Peng, D.W. Zhou, L. Wan. (2011). Research progress in LiBH4 for hydrogen storage:    A review [Electronic version]. international journal of hydrogen energy 36. 14512e14526
Schlesinger HI, Brown HC. Metallo borohydrides. III. Lithium borohydride. J Am Chem Soc 1940;62:3429e35.
Zu¨ ttel A, Borgschulte A, Orimo SI.Tetrahydroborates as new hydrogen storage materials. Scripta Mater 2007;56:823e8.
Sakintuna B, Lamari-Darkrim F, Hirscher M. Metal hydride materials for solid hydrogen storage: a review. Int J Hydrogen Energ 2007;32:1121e40.