Minggu, 27 Oktober 2013

SIFAT SENYAWA KLOR

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ANORGANIK I
Ion Klorida (Cl-) dan Ion Hipoklorit (ClO-)

Disusun oleh Kelompok 1
Anggota kelompok:
Adi Prayoga
Anisa Winarni
Farah Kamalia
Khilda Nur Laila
Mia Adha

PUSAT LABORATORIUM TERPADU (PLT)
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    I.     PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
B.     Rumusan Masalah
C.     Tujuan
D.     Waktu dan Tempat
      Praktikum kali ini dilaksanakan pada Kamis, 17 Oktober 2013 pukul 13.00 WIB di Pusat Laboratorium Terpadu (PLT).

    II.    DASAR TEORI
            Unsur-unsur halogen dapat diidentifikasi warn adan sifatnya. Misalnya Cl: berupa gas kuning kehijauan pada suhu kamar, non-polar, kelarutan dalam air kecil dan larut dalam pelarut non-polar. Semua halogen dapat mengoksidasi air menjadi gas O2 dan bukan merupakan oksidator kuat. Larutan halogen tidak stabil karena cenderung mengalami auto-oksidasi atau auto-reduksi, proses ini disebut disporposionasi:
2 Cl2(aq) + 2 H2O  à HClO(aq) + 2HCl(aq)
            Pada reaksi tersebut Cl2 mengalami reaksi reduksi dan reaksi oksidasi. Pemutih klorin (bleaching agent) mengandung larutan hipoklorit (NaOCl). Ion ClO merupakan suatu oksidator, daya oksidasinya sama dengan klorin namun ion ClO berbeda dengan Cl-sebab asam hipoklorit, HClO adalah asam lemah dan ion ClO- adalah basa yang cukup kuat.
            Klor digunakan secara luas dalam pembuatan banyak produk sehari-hari. Klor digunakan untuk menghasilkan air minum yang aman hampir diseluruh dunia. Bahkan, kemasan air terkecilpun sudah terklorinasi. Klor juga digunakan secara besar-besaran pada proses pembuatan kertas, zat pewarna, tekstil, produk olahan minyak bumi, obat-obatan, antiseptik, intektisida, makanan, pelarut, cat, plastik, dan banyak produk lainnya.
            Ion klorida membentuk endapan  dengan ion-ion Ag+, Pb+, dan Hg+ berperan sebagai igan dalam pembentukan kompleks yang diambil melalui perubahan warna dan melarutnya endapan atau padatan. Kebanyakan klor diproduksi untuk digunakan dalam pembuatan senyawa klorin untuk sanitasi, pemutihan kertas, desinfektan dan proses tekstil. Lebih jauh lagi, klor digunakan untuk pembuatan klorat, kloroform, karbon tetrakorida dan ekstraksi brom.
            Pemutih klorin (bleaching agent) mengandung larutan hipoklorit (NaOCl), ion ClO-merupakan suatu oksidator, daya oksidasinya sama dengan klorin namun ion ClO- berbeda dengan Cl sebab asam hipoklorit, HClO adalah asam lemah dan ion ClO- adalah basa yang cukup kuat, sedangkan Cl- mempunyai sifat netral dan merupakan basa konjugasi dari HCl kuat. Ion klorida membentuk endapan dengan ion-ion Ag+, Pb+, dan Hg+, berperan sebagai ligan dalam pembentuka kompleks yang diamati melalui perubahan warna dan melarutnya endapan atau padatan.
            Kebanyakan klor diproduksi untuk digunakan dalam pembuatan senyawa klorin untuk sanitasi, pemutihan kertas, desinfektan, dan proses tekstil. Lebih jauh lagi, klor digunakan untuk pembuatan klorat, kloroform, karbon tatrakolrida dan ekstraksi brom.

    III.  METODOLOGI
a.       Alat dan Bahan
Alat 
 -     Pipet tetes
 -     Rak tabung reaksi
 -     Gelas ukur
 -     Tabung reaksi
Bahan
 -     NaCl 0,1 M
 -     AgNO3 0,1 M
 -     NH3 6M
 -     CuSO4 0,1 M
 -     Lakmus merah biru
 -     NaOCl 5% ( baycline)
 -     NaOH 6 M
 -     KI 0,1 M
 -     KBr 0,1 M
 -     n-heksana atau petroleum eter
 -     HCl pekat

       b.      Cara Kerja

1.             Ion Klorida (Cl-)
a. Kelarutan dan kestabilan garam klorida
- 1 ml NaCl dan 1 ml Ag2SO4 dimasukkan kedalam tabung
- larutan diaduk hingga merata agar endapan yang terbentuk larut
- HNO3 sedikit berlebih ditambahkan dan diaduk
- diamati perubahan yang terjadi

b. Kompleks logam transisi dengan ion Cl-
- 2ml CuSO4 0,1 M + 2ml HCl pekat dimasukkan kedalam tabung reaksi
- Campuran diencerkan dengan 5 ml aquadest. Diamati yang terjadi
- 3 ml HCl pekat ditambahkan kedalam AgNO3 0,1 M
- Diaduk beberapa menit agar endapan larut kembali
- 1 ml NaCL + 1 ml AgNO3 dimasukkan kedalam tabung
- Campuran diencerkan dengan 5 ml aquadest. Diamati yang terjadi

2.             Ion Hipoklorit (ClO-)
a. Reaksi Lakmus
- Diteteskan larutan NaOCl 5% pada kertas lakmus merah dan biru
- Diamati perubahan warna yang terjadi

b. Reaksi dengan AgNO3
- 1 ml AgNO3 0,1 M + 3 ml NaOCl dimasukkan kedalam tabung reaksi
- Diamati endapan yang terbentuk
- Ditambahkan HNO3 6 M
- Dibandingkan dengan campuran NaOH 6 M dengan AgNO3
- Diamati perubahan yang terjadi

c. Daya Oksidasi
- 2 ml KI 0,1 M dan 1 ml n-heksana dimasukkan kedalam tabung (kerjakan di luar asam)
- Beberapa tetes larutan NaOCl 5% ditambahkan sambil diaduk
- dicatat perubahan warna yang terjadi pada lapisan heksana (hindari kelebihan NaOCl karena dapat menghilangkan warna I2)

    IV.   HASIL PENGAMATAN

A.            Ion Klorida (Cl-)
  a.       Kelarutan dan kestabilan garam klorida
REAKSI
HASIL
1ml NaCl + 1ml AgNO3 + 2ml NH3 6M
Terbentuk endapan putih lalu endapan hilang ketika ditambah dengan NH3 6M
+ HNO3 6M sedikit berlebih
Terbentuk gelembung udara dan endapan terbentuk kembali
  
  b.      Kompleks logam transisi dengan ion Cl-
              Tabung 1 :
REAKSI
HASIL
1ml CuSO4 0.1M + 1ml HCL pekat
Terbentuk warna biru
Diencerkan 2.5ml aquades
Warna biru jadi sedikit memudar

              Tabung 2 :
REAKSI
HASIL
1ml AgNO0.1M + 1.5ml HCL pekat
Terbentuk endapan putih yang ketika diaduk endapan tidak larut

              Tabung 3 :
REAKSI
HASIL
1 ml NaCL + 1 ml AgNO3 + 5ml aquades
Terbentuk endapan putih


c.                   Ion Hipoklorit (ClO-)
a.       Reaksi dengan kertas lakmus
REAKSI
HASIL
Diteteskan larutan NaOCl 5% pada kertas lakmus merah dan biru
Basa

  b.      Reaksi dengan AgNO3
              Tabung 1 :
REAKSI
HASIL
1ml AgNO3 0,1M + 3ml NaOCl
Terbentuk endapan putih, larutan agak keruh
+ HNO3 6M beberapa tetes
Ada buih, larutan sedikit bening tetapi masih ada endapan

              Tabung 2 :
REAKSI
HASIL
3ml NaOH 6M + 1ml AgNO3 0.1M
Terbentuk endapan coklat, larutan agak keruh
+ HNO3 6M beberapa tetes
Larutan tetap keruh tetapi warna endapan menjadi pudar

   c.       Daya Oksidasi
              Tabung 1 :
REAKSI
HASIL
2ml KI 0.1M + NaOCl 5%
Larutan KI yang berwarna kuning ketika ditambah dengan NaOCl 5%, warna kuning menjadi bening
+ HCL
Warna kuning dari larutan KI kembali lagi

              Tabung 2 :
REAKSI
HASIL
2ml KBr 0.1M + NaOCl 5%
Tidak ada perubahan
+ HCL
Warna agak terlihat kuning sedikit

              Tabung 3 :
REAKSI
HASIL
2ml KI 0.1M + 1ml eter + NaOCl 5%
Larutan warna kuning dengan cincin coklat diatasnya
+ HCL
Terbentuk endapan hitam, warna larutan berubah menjadi coklat, terbentuk cincin hitam diatasnya

    V.    PEMBAHASAN
            Pada Ion Klorida (Cl-). Percobaan pertama, praktikum Kelarutan dan kestabilan garam klorida, mereaksikan NaCl dengan AgNO3 menunjukan reaksi pengendapan. Endapan berwarna putih muncul karena kedua senyawa tersebut bereaksi. Endapan yang muncul adalah senyawa perak klorida sebagai hasil reaksi. Perak klorida mengendap karena nilai kelarutannya kecil. Sesuai dari reaksinya :

NaCl + AgNO3  à AgCl(s)

Ketika ditambahi NH3 6M endapan menghilang karena terbentuknya ion kompleks diaminargentat ([Ag(NH3)2] +), reaksinya :

AgCl    +   2NH3  à  [ Ag(NH3)2 ]+   +   Cl-

Kompleks [ Ag(NH3)2 ]+   ini merupakan filtrat dari penambahan larutan amonia (NH3) ke dalam endapan AgCl. Kemudian ditambahi HNO3 6M sedikit berlebih kemudian terbentuk suatu gas atau uap dan endapan kembali terbentuk. Endapan terbentuk kembali karena HNO3 6M bereaksi dengan NH3 6M sehingga ion perak bereaksi kembali dengan ion klor sehingga endapan perak klorida terbentuk kembali.
            Pada percobaan kedua, praktikum Kompleks logam transisi dengan ion Cl-, mereaksikan CuSO4 0.1M dengan HCL pekat membuat warna biru CuSO4 menjadi lebih pekat. Hal ini disebabkan karena terbentuknya ion kompleks dalam larutan tersebut, reaksinya :

CuSO4 + 2HCl → CuCl2 + H2SO4

ketika diencerkan dengan aquades maka warna biru jadi sedikit memudar. Hal ini disebabkan ketika H2SO4 dan CuCl2 ditambahkan dengan aquadest dapat membentuk tembaga sulfat kembali dengan asam klorida dan molekul air sebagai produk sampingnya. Ketika HCL pekat ditambahkan dengan AgNO3 terjadi endapan putih yang mana ketika diaduk endapan tidak larut. Kemudian  reaksi pengendapan seperti reaksi pertama pada pencampuran AgNO3 dengan NaCL menghasilkan endapan putih.
            Pada percobaan ini menguji pengaruh NaOCl bila diteteskan ke kertas lakmus merah maupun biru. Dari hasil percobaan diperoleh bahwa saat kertas lakmus biru dan merah dicelupkan ke dalam larutan NaOCl bersifat sangat basa karena terjadi perubahan warna kertas lakmus pada lakmus merah dan lakmus biru keduanya menjadi putih, yang terjadi pada kertas lakmus disebabkan karena sifat oksidatornya dan juga karena sifatnya sebagai pemutih. Dimana ia mampu memcah ikatan rangkap dan membuat senyawa yang putus ikatan rangkapnya akan berbentuk linear strukturnya sehingga berwarna bening. Karena sehingga warna kertas lakmus juga luntur atau hilang. Tetapi menurut teori seharusnya  ClO- memerahkan lakmus biru, pada percobaan ini dimungkinkan terjadi kesalahan karena kandungan konsentrasi NaOCl yang di tentukan bukan 5% tetapi lebih tinggi dari konsentrasi itu.
            Percobaan berikutnya yaitu reaksi AgNO3, mereaksikan AgNO3 dengan NaOCl menghasilkan endapan putih ( AgCl ), setelah pembentukan endapan dilakukan penambahan HNO3  yang terjadi adalah tidak adanya perubahan signifikan dari endapan tersebut , karena endapan hanya berubah sedikt lebih menggumpal. Seharusnya endapan tersebut  melarut seiring ditambahkannya asam, perbedaan ini diduga akibat selain ion hipoklorit mampu sebagai zat pemutih, ion hipoklorit juga bersifat sebagai koagulan. Sehingga uji reaksi ini yang dihasilkan adalah gumpalan dari zat pengotor AgCl . Sementara untuk reaksi antara AgNO3 dengan NaOH menghasilkan endapan coklat, endapan ini dihasilkan dari perak hidroksida.
AgNO3 + NaOH  à  AgOH↓ + NaNO3 + H2O
Kemudian ditambahkan dengan HNO3 sehingga menghasilkan larutan berwarna coklat terang.
            Pada percobaan ini mula-mula raktikan mereaksikan antara larutan KI dengan NaOCl, larutan KI yang berwarna kuning ketika ditambah dengan NaOCl 5%, warna kuning menjadi bening ditambahkan HCl, warna kuning dari larutan KI kembali lagi. Kemudian praktikan mereaksikan KBr dengan eter dan NaClO. Reaksi yang terjadi yaitu terbentuk larutan dengan 2 lapisan, yaitu berwarna kuning dan lapisan cincin atas berwarna coklat buram (samar). Kemudian praktikan menambahkan HCl kedalam larutan tersebut, terbentuk endapan hitam, warna larutan berubah menjadi coklat, terbentuk cincin hitam diatasnya.

    VI.   KESIMPULAN

    VII. DAFTAR PUSTAKA
Chalid, Sri Yadial.2011.Penuntun Praktikum Kimia Anorganik. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah
Vogel bag-1.1985.Buku teks analisis anorganik kualitatif. Jakarta : PT. Kalman media pusaka
http://www.chem-is-try.org/ diakses pada tanggal 19 Oktober 2013 pukul 20.47 WIB
http://www.scribd.com/doc/52577838/SIFAT-KIMIA-SENYAWA-KLOR diakses pada tanggal 19 Oktober 2013 pukul 20.53 WIB


Kamis, 24 Oktober 2013

Laporan Perbandingan Adsorben Pada Penjernihan Air

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ANORGANIK I
PERBANDINGAN ADSORBEN PADA PENJERNIHAN AIR

Disusun oleh Kelompok 1
Anggota kelompok:
Adi Prayoga
Anisa Winarni
Farah Kamalia
Khilda Nur Laila
Mia Adha

PUSAT LABORATORIUM TERPADU (PLT)
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

I.            PENDAHULUAN
a.      Latar Belakang
Saat ini penjernihan air telah menggunakan banyak adsorben, antara lain zeolit, batu bata, dan tawas. Metode yang digunakan pun beragam, antara lain metode kolom dan metode batch.
Zeolit adalah senyawa zat kimia alumino-silikat berhidrat dengan kation natrium, kalium, dan barium. Zeolit juga sering disebut sebagai ‘molecular sieve’ karena zeolit memiliki pori-pori berukuran molekuler sehingga mampu memisahkan/menyaring molekul dengan ukuran tertentu.
Tawas bukan merupakan bahan yang asing dalam penjernihan air. Semua masyarakat sudah tentu tahu kegunaan dari bahan adsorbent satu ini. Selain untuk penjernihan air tawas ini digunakan sebagai bahan untuk deodorant.
Batu bata juga merupakan salah satu adsorben, tapi memang adsorben ini masih jarang digunakan oleh masyarakat.
Dari ketiga adsorben ini akan dilakukan perbandingan dalam hal menjernihkan air.
b.     Rumusan Masalah
1.     Bagaimana suatu adsorben dapat menjernihkan air
2.     Adsorben apa yang paling efektif dalam menjernihkan air
c.      Tujuan
Untuk membandingkan tiap adsorben dan mengetahui mana yang paling efektif dalam menjernihkan air.
d.     Waktu dan Tempat
Praktikum kali ini dilaksanakan pada Kamis, 10 Oktober 2013 pukul 13.00 WIB di Pusat Laboratorium Terpadu (PLT).

II.         DASAR TEORI
Adsorpsi menyatakan adanya proses penyerapan suatu zat oleh adsorben. Adsorpsi terjadi pada permukaan zat padat karena adanya gaya tarik atom atau molekul pada permukaan zat padat. Molekul-molekul pada permukaan zat padat atau zat cair, mempunyai gaya tarik ke arah dalam, karena tidak ada gaya-gaya lain yang mengimbangi. Adanya gaya-gaya ini menyebabkan zat padat dan zat cair, mempunyai gaya adsorpsi. Adsorpsi berbeda dengan absorpsi. Pada absorpsi zat yang diserap masuk ke dalam absorbens sedangkan pada adsorpsi zat yang diserap hanya terdapat pada permukaannya.
Suatu adsorbens dengan bahan dan jenis tertentu, banyaknya gas yang dapat diserap, makin besar bila temperatur kritis semakin tinggi atau gas tersebut mudah dicairkan. Semakin luas permukaan dari suatu adsorben yang digunakan, maka semakin banyak gas yang dapat diserap. Luas permukaan sukar ditentukan, hingga biasanya daya serap dihitung tiap satuan massa adsorben. Daya serap zat padat terhadap gas tergantung dari jenis adsorben, jenis gas, luas permukaan adsorben, temperatur dan tekanan gas.
Proses adsorpsi yang terjadi pada kimisorpsi, partikel melekat pada permukaan dengan membentuk ikatan kimia (biasanya ikatan kovalen), dan cenderung mencari tempat yang memaksimumkan bilangan koordinasinya dengan substrat. Peristiwa adsorpsi disebabkan oleh gaya tarik molekul-molekul di permukaan adsorbens.
Peristiwa adsorpsi yang terjadi jika berada pada permukaan dua fasa yang bersih ditambahkan komponen ketiga, maka komponen ketiga ini akan sangat mempengaruhi sifat permukaan. Komponen yang ditambahkan adalah molekul yang teradsorpsi pada permukaan (dan karenanya dinamakan surface aktif). Jumlah zat yang terserap setiap berat adsorbens, tergantung konsentrasi dari zat terlarut. Namun demikian, bila adsorbens sudah jenuh, konsentrasi tidak lagi berpengaruh. Adsorpsi dan desorpsi (pelepasan) merupakan kesetimbangan.

III.     ALAT DAN BAHAN
a.      Alat:
1.     Tabung reaksi 4 buah
2.     Rak tabung reaksi
3.     Vortex
4.     Corong
5.     Kertas saring

b.     Bahan:
1.     Larutan FeCl3
2.     Zeolit
3.     Batu bata
4.     Tawas

IV.      CARA KERJA
1.     Disiapkan 4 tabung reaksi yang bersih dan kering.
2.     Diambil 20 mL larutan FeCl3 dan dimasukkan pada setiap tabung reaksi.
3.     Ditimbang 6 gram zeolit, tawas dan batu bata yang sudah dihaluskan, lalu dimasukkan pada masing-masing tabung reaksi. Satu tabung reaksi yang hanya berisi larutan FeCl3 dijadikan sebagai kontrol.
4.     Masing-masing tabung reaksi diaduk menggunakan vortex lalu didiamkan sebentar.
5.     Setelah seluruh adsorben sudah berada di dasar, larutan disaring dengan menggunakan kertas saring lalu diamati masing-masing filtratnya.

V.         PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini dilakukan perbandingan masing-masing adsorben dalam larutan FeCl3 dengan metode batch. Adsorben yang digunakan pada percobaan ini adalah zeolit, tawas dan batu bata.
Berdasarkan percobaan didapatkan hasil zeolit lah yang paling efektif dalam hal adsorpsi dibanding tawas dan batu bata. Zeolit memiliki struktur yang berongga, sehingga zeolit mampu menyerap sejumlah besar molekul yang berukuran lebih kecil atau sesuai dengan ukuran rongganya. Selain itu kristal zeolit yang telah terdehidrasi merupakan adsorben yang selektif dan mempunyai efektivitas adsorpsi yang tinggi.
Sedangkan jika dibandingkan antara batu bata dan tawas, maka tawas lah yang paling efektif. Karena tawas memang sudah dikenal sebagai penjernih air, kekeruhan air dapat dihilangkan melalui penambahan sejenis bahan kimia yang disebut koagulan. Tawas sudah sangat sering digunakan sebagai koagulan karena sangat efektif untuk mengendapkan partikel yang melayang baik dalam bentuk koloid maupun suspensi.
Namun jika dibandingkan antara zeolit dan tawas, zeolit merupakan adsorben terbaik, karena dilihat dari sifatnya zeolit memang merupakan adsorben sedangkan tawas sebagai koagulan. Zeolit itu saat meng-adsorpsi tidak akan ada kotoran atau koloid yang tersisa dalam air, yang ada dan mengendap hanyalah zeolit itu sendiri. Sedangkan tawas yang merupakan koagulan akan menyebabkan kotoran atau koloidnya menggumpal dan mengendap di dasar air.

VI.      KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa zeolit merupakan adsorben yang paling efektif dalam penjernihan air dibandingkan dengan tawas dan batu bata.

VII.  DAFTAR PUSTAKA
Brady, James. 1999. Kimia Universitas. Jakarta: Binarupa Aksara.
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

VIII.  LAMPIRAN

Kontrol (larutan FeCl3)



FeCl3 + batu bata setelah disaring

 FeCl3 + tawasetelah disaring




FeCl+ zeolit setelah disaring