Rabu, 23 Oktober 2013

LAPORAN PRAKTIKUM 
KIMIA ANORGANIK I
 PENGUJIAN TAWAS DARI LIMBAH ALUMUNIUM FOIL TERHADAP AIR DANAU
Disusun oleh kelompok 1
anggota kelompok :
Adi prayoga 
Anisa winarni
Farah kamalia
khilda nur laila
Mia adha 
PUSAT LABORATORIUM TERPADU (PLT)
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIEF HIDAYATULLAH JAKARTA

I. Pendahuluan 

a. Latar belakang 

Makhluk hidup tidak akan terlepas dari air. Air merupakan materi kehidupan, rajanya minuman bahkan termasuk salah satu pilar alam semesta ini, bahkan merupakan pilarnya yang paling mendasar. Karena langit diciptakan dari uap air, sementara bumi terdapat dari buah air. Allah telah menciptakan sesuatu yang hidup dari air. Air bersifat dingin dan lembab, bisa meredam panas, menjaga kondisi tubuh agar tetap lembab serta menggantikan sel-sel tubuh yang rusak disamping juga melembutkan makanan sehingga mampu menembus pembuluh darah.
Air merupakan senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak terdapat diplanet lain. Air hampir menutupi 71% permukaan bumi. Terdapat 1.4 triliun kilometer kubik (330 juta mil³) tersedia di planet ini, sebagian besar terdapat di lautan (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan di puncak-puncak gunung), akan tetapi juga dapat hadir  sebagai awan hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air dan lautan es. Dan air merupakan kebutuhan vital seluruh mahkluk hidup di bumi ini, tidak terkecuali sangat dibutuhkan oleh manusia. Walaupun ketersedian air untuk bumi ini melimpah kita harus benar-benar mengerti bahwa air untuk memenuhi kebutuhan manusia yang sehat, bersih dan aman digunakan itu tidak terdapat di semua sumber air dimuka bumi ini, terlebih kalau kalau kita mau berbicara akan kualitas air. Tentu kita memahami banyak sekali sumber air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan kita. Dari air laut, air hujan, air tanah, air permukaan dan mata air. Ternyata air yang memiliki kualitas paling baik secara alami adalah mata air yang berasal dari pegunungan. Terutama yang berasal dari pegunungan vulkanik, Indonesia bersyukur memiliki sumber mineral terbesar di dunia, dengan 130 gunung api atau setidaknya 10 persen dari seluruh gunung api dunia menjadikan Negara ini sebagai sumber air pegunungan vulkanik terbaik dunia. 
Berdasarkan penelitian ilmiah bahwa mata air yang berkualitas adalah mata air dari pegunungan vulkanik cenderung relative bebas pencemaran, mengandung mineral alami yang seimbang. Mata air pegunungan memiliki kualitas fisik, kimiawi dan biologi. Fisik air bersih adalah harus tidak berwarna, tidak berbau dan tidak keruh. Sedangkan dari aspek kimiawi adalah air tidak mengandung logam berat dan zat beracun seperti hidrokarbon dan deterjen. Penggunaan air sekarang sudah semakin meluas mulai hanya dari kebutuhan yang sehari – hari yang kita lakukan yaitu MCK (mandi cuci kakus) hingga keperluan industry muali dari industry pertambanga sampai industry komersil sekalipun pasti akan menggunakan air. Manusia memahami bahwa kecenderungan tergantung dengan air cukup besar, mulai mengkonsumsi untuk minum, mencuci, memasak serta untuk pertanian, peternakan dan industri. Salah satu yang penting untuk manusia adalah mengkonsumsi air minum. Mengkonsumsi air minum sebaiknya yang telah dimasak atau dididihkan hingga 100 derajat celcius. Hal ini dilakukan untuk membunuh kuman dan bakteri yang terdapat dalam air. Namun bagaimana dengan kandungan logam yang terdapat di dalamnya. Bahkan kemungkinan kandungan logam itu bertambah disaat kita merebus air dengan menggunakan panci yang terbuat dari aluminium.

Air minum yang sehat secara fisik tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak memiliki rasa tertentu. Salah satu sumber air terbaik didunia adalah yang berasal dari air tanah di kawasan pegunungan volkanik. Namun bagaimana dengan masyarakat perkotaan yang jauh dari kawasan tersebut. Mereka harus lebih waspada terhadap air yang mereka gunakan. Contoh berdasarkan data bahwa air di daerah Jakarta 80% telah tercemar. Hal ini dikarenakan banyaknya limbah industri, polusi, sampah dan lain-lain. 
b.    Rumusan masalah
1.      Apa siafat fisik dari air danau
2.     Bagaimana proses penjernihan air danau

       3.      Mengapa tawas dapat menjernihka air
c.    Tujuan 
Untuk mengetahui cara penjernihan air dengan menggunakan tawas
d.    Waktu dan tempat
 Praktikum kali ini dilaksanakan pada Kamis, 26 september 2013 pukul 13.00 WIB di Pusat Laboratorium Terpadu (PLT)
 
e. Dasar Teori 

Kekeruhan dalam air dapat dihilangkan melalui penambahan sejenis bahan kimia yang disebut koagulan. Pada umumnya bahan seperti Aluminium sulfat [Al2(SO4)3.18H2O] atau sering disebut alum atau tawas, fero sulfat, Poly Aluminium Chlorida (PAC) dan poli elektrolit organik dapat digunakan sebagai koagulan. Untuk menentukan dosis yang optimal, koagulan yang sesuai dan pH yang akan digunakan dalam proses penjernihan air, secara sederhana dapat dilakukan dalam laboratorium dengan menggunakan tes yang sederhana (Alearts & Santika, 1984).
Prinsip penjernihan air adalah dengan menggunakan stabilitas partikel-partikel bahan pencemar dalam bentuk koloid. Stabilitas partikel-partikel bahan pencemar ini disebabkan:
a. Partikel-partikel kecil ini terlalu ringan untuk mengendap dalam waktu yang pendek (beberapa   
    jam).
b. Partikel-partikel tersebut tidak dapat menyatu, bergabung dan menjadi partikel yang lebih
    besar dan berat, karena muatan elektris pada permukaan, elektrostatis antara muatan partikel
    satu dan yang lainnya.
    Stabilitas partikel-partikel bahan pencemar ini dapat diganggu dengan pembubuhan koagulan.    
    Dalam proses penjernihan air secara kimia melibatkan dua proses yaitu koagulasi dan flokulasi

Proses koagulasi adalah suatu proses pertumbuhan dan pencampuran dilakukan secara tepat dari suatu proses koagulan, stabilisasi dan partikel-partikel koloid tersuspensi, serta agregasi awal dari partikel-partikel terstabilisasi (Reynold, 1982).

Partikel-partikel koloid yang terbentuk umumnya terlalu sulit untuk dihilangkan jika hanya dengan pengendapan secara gravitasi. Tetapi apabila koloid-koloid tersebut distabilkan dengan cara agregasi atau koagulasi menjadi partikel yang lebih besar maka koloid-koloid tersebut dapat dihilangkan dengan cepat (Metcalf & Eddy, 1978). Terdapat tiga mekanisme koagulasi yaitu komponen lapisan ganda (doeble layer compression), adsorbsi (adsorbtion) dan absorbsi oleh polimer (absorption by polymer).

Koagulasi merupakan proses penambahan bahan kimia (koagulan) yang memiliki kemampuan untuk menjadikan partikel koloid tidak stabil sehingga partikel siap membentuk flok.
Flokulasi merupakan proses pembentukan dan penggabungan flok dari partikel-partikel tersebut yang menjadikan ukuran dan beratnya lebih besar sehingga mudah mengendap. Flokulan yang digunakan untuk penjernihan air yaitu NaOH. Hal ini karena pengotor banyak mengandung ion positif sehingga dengan penambahan polimer yang bersifat negatif dapat mengikat flok lebih besar dan proses pengendapan lebih cepat (Soeparman & Suparmin, 2002).

II. METODOLOGI KERJA 
a. Alat dan Bahan  
     1.  Alat
No
Alat
Jumlah
1.
Tabung reaksi
3 buah
2.
Rak tabung reaksi
1 buah
3.
Gelas ukur
1 buah
4.
Gelas arloji
1 buah
5.
Pipet tetes
1 buah
6.
Vortex
1 buah




      2. Bahan
NO
Bahan
1
Tawas hasil percobaan
2
Air danau

b. Prosedur kerja
    1. disiapkan 3 tabung reaksi yang besih dan kering
    2. diambil 10 ml air danau dan dimasukan ke setiap tabung reaksi
    3. ditimbang 1 dan 2 gram tawas, lalu dimasukan ke dalam masing - masing 2 tabung reaksi yang 
        sudah berisi air danau. air danau yang tidak diberi tawas dijadikan sebagai kontrol.
    4. didiamkan selama 1 minggu. dan bandingkan kejernihannya dengan kontrolnya.

Pembahasan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa air danau tidak banyak mengalami perubahan dalam tingkat kekeruhan. tawas yang telah  dihasilkan dari limbah alumunium diuji coba pada air danau yang agak keruh. dan dibuat variasi massa tawas pada 10 ml air danau, yang diharapkan air danau yang agak keruh tadi menjadi jernih. namun pada kenyataannya air danau tetap pada keadaan kontrolnya, hanya mengalami sedikit perubahan. Hasil ini disebabkan karena kemungkinan tawas yang dihasilkan tidak murni tawas, melainkan masih terdapat ion - ion pengotor lain yang ikut tersaring saat melakukan penyaringan. sehingga ion tersebut akan mempengaruhi bobot tawas yang ditimbang.

Kesimpulan
dari bobot tawas yang dihasilkan, tawas ini tidak dapat digunakan secara optimal dalam menjernihkan air danau yang keruh, karena tawas yang dihasilkan tidak murni.

referensi
1. Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
2. Vogel. 2005. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Edisi Kelima. Jakarta: PT Kalman Media Pustaka.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar